Ilmuwan Muda Indonesia Butuh Ekosistem Pendukung Hilirisasi Riset

03 Maret, 2025 21:55 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

03032025-UIN Suka Fahrul Riset.jpg
Ilmuwan muda Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fahrul Nurkolis, dikenal konsisten dengan riset berbasis bioinformatika. Ia memiliki lebih dari 105 publikasi jurnal internasional bereputasi, serta hak paten untuk senyawa antikanker dan antidiabetes. (EDUWARA/Dok. UIN Sunan Kalijaga)

Eduwara.com, JOGJA – Indonesia memiliki banyak ilmuwan muda berbakat dan potensi kekayaan alam besar yang membutuhkan dukungan regulasi dan pendanaan bagi peneliti muda. Mereka menginginkan kehadiran ekosistem riset yang mendukung hilirisasi riset agar bisa masuk ke industri dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Pandangan ini disampaikan salah satu ilmuwan muda Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fahrul Nurkolis, Senin (3/3/2025). 

Berkat konsistensi pada riset berbasis bioinformatika, Fahrul mampu mengidentifikasi senyawa aktif bahan alam Indonesia yang berpotensi besar sebagai obat masa depan. 

Bahkan di dunia akademik dan penelitian internasional, Fahrul dikenal karena prestasinya dengan lebih dari 105 publikasi jurnal internasional bereputasi, serta hak paten untuk senyawa antikanker dan antidiabetes.

Fahrul yang lahir dan besar di Madiun, Jawa Timur, bercerita tentang perjalanannya meraih apa didapatkan saat ini sangatlah tidak mudah.

“Sejak mahasiswa, saya aktif mengikuti konferensi internasional dan membangun jejaring global. Kerja keras ini membawa saya menjadi delegasi termuda di Nordic Nutrition Conference di Finlandia, Asian Congress of Nutrition di China, dan International Conference on Nutrition and Growth di Portugal,” jelasnya.

Di dalam negeri, Fahrul meraih penghargaan Medical Innovation Research in Health (MIRAH) Award dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), atas kontribusinya dalam penelitian medis berbasis bioinformatika dan eksplorasi bahan alam Indonesia sebagai kandidat obat masa depan.

Editor dan Reviewer

Saat ini, selain aktif meneliti di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fahrul juga menjabat sebagai editor dan reviewer di jurnal ilmiah bereputasi Scopus Q1 & Q2. Bagi Fahrul, jabatan ini menjadi bukti bahwa anak muda Indonesia mampu bersaing di tingkat global.

Berkat jabatan ini pula, Fahrul memahami tantangan penelitian Indonesia di level global, di mana kolaborasi akademik dan industri sangat penting untuk memastikan penelitian tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi bisa menjadi produk inovatif yang berdampak.

"Indonesia memiliki banyak ilmuwan berbakat. Namun tantangannya adalah bagaimana mengolahnya menjadi inovasi medis yang berdampak bagi kesehatan global," tambahnya.

Masih berfokus pada riset berbasis bioinformatika, Fahrul mampu mengidentifikasi senyawa aktif yang memiliki potensi besar sebagai obat. Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa sebagai kandidat obat masa depan.

Fahrul sangat berharap, dedikasinya menjadi inspirasi bagi generasi muda yang ingin berkarya di dunia sains dan inovasi teknologi kesehatan. Dengan tidak takut bermimpi besar, Fahrul meyakini kerja keras dan ilmu pengetahuan bisa membawa generasi muda Indonesia bersaing di kancah global.