Kampus
13 Juni, 2023 20:07 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA - Didasarkan literatur yang menunjukkan pengelolaan wakaf banyak dikritik karena tidak profesional, akuntabel dan non produktif, Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Badan Wakaf Indonesia (BWI) menghadirkan Sistem Akuntansi dan Manajemen Wakaf Indonesia (SAMAWI).
Ini adalah sebuah aplikasi yang masih berbentuk website yang dikembangkan Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM Mahfud Sholihin. SAMAWI merupakan hasil riset tim peneliti Enhancing the Role of Islamic Philanthropy in Alleviating the Economic Impacts of Covid-19 Outbreak (ENTROPY).
"Kehadiran aplikasi didukung program Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Riset pembuatan aplikasi ini sudah dilakukan sejak 2020," kata Mahfud, Selasa (13/6/2023) saat peluncuran di FEB UGM.
Secara khusus, ide kelahiran aplikasi ini didasarkan pada literatur yang menunjukkan pengelolaan wakaf banyak dikritik karena tidak profesional, akuntabel dan non produktif. Penggunaan aplikasi ini akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan wakaf sehingga menjadi produktif.
Sistem laporan wakaf yang hadirkan diklaim semudah memperbarui status.
"Aplikasi ini diharapkan membantu nazhir, pihak yang menerima wakaf untuk dikelola dan dikembangkan sesuai peruntukannya. Sesuai dengan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 112," katanya.
Dana Abadi
Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan, Supriyadi menyebut selain mendukung aplikasi untuk BWI, UGM juga menempatkan dana abadi seperti yang sudah dilakukan lima perguruan tinggi lainnya.
"Kami menempatkan dana abadi pada wakaf tunai link sukuk ritel, yang nantinya dikelola nazhir untuk membiayai program sosial dan pemberdayaan ekonomi umat. Soal besaran dana belum bisa kita sampaikan," katanya.
Ketua Badan Pelaksana BWI Mohammad Nuh, melalui keterangan tertulis, mengatakan peluncuran aplikasi ini turut menjadi sosialisasi perwakafan supaya seluruh mahasiswa, dosen, karyawan, dan tenaga kependidikan dapat memahami wakaf.
"Cash waqf linked sukuk ini beberapa perguruan tinggi juga sudah mulai menempatkan, mulai dari ITS, IPB, ITB, UNPAD, dan UNDIP. Insya Allah, dalam waktu dekat, tidak terlalu lama lagi akan ada UGM. Ini kita fokuskan pada perguruan-perguruan tinggi yang Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH)," ucap Nuh.
Dipaparkan, dalam instrumen cash waqflinked sukuk ini risikonya dijamin pemerintah dan memberikan return atau keuntungan yang jauh lebih besar dari deposito, tidak kena pajak, dan bebas pajak.
"Kita turut menyambut kehadiran SAMAWI dengan gembira. Kita yakin aplikasi ini akan berperan besar dalam mengembangkan dunia perwakafan dengan sentuhan teknologi," ujarnya.
Bagikan