Sekolah Kita
17 November, 2022 23:45 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, SOLO – Proses pembelajaran di sekolah saat ini udah berbeda dengan pembelajaran sebelum pandemi Covid-19. Jika dahulu guru sebagai narasumber utama, namun sekarang ini para siswa bisa belajar di mana saja, kapan saja, dan melalui sumber belajar apa saja.
Meski demikian, menurut Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Solo Wahyono, guru perlu mengimbangi perkembangan tersebut dengan menguatkan dalam hal pengembangan kompetensi Informasi dan Teknologi (IT).
“Di PGRI ada anak lembaga yaitu Asosiasi Pengembangan Kemampuan Sejenis (APKS) yang bertujuan meningkatkan potensi teman-teman guru anggota PGRI. Kemudian ada Smart Learning and Character Center (PSLCC) yang berkaitan dengan pelatihan IT bagi teman-teman guru,” kata Wahyono kepada Eduwara.com, Rabu (16/11/2022), di SMPN 1 Solo.
Lambat laun, sambung dia, penggunaan IT sudah harus dilakukan dalam proses pembelajaran. Walaupun bagi sebagian guru butuh penyesuaian melakukan hal tersebut, terlebih lagi untuk guru-guru yang hampir pensiun.
“Ada sebagian guru lama agak repot untuk mengikuti perkembangan IT. Justru guru-guru Tenaga Kerja dengan Perjanjian Kerja (TKPK) maupun Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) lah yang cukup banyak mengikuti kegiatan dan perkembangan,” jelas dia.
Wahyono mengakui bahwa kemampuan IT sangat diperlukan. Apalagi kemampuan dan juga pembelajaran berbasis IT didukung dengan Kurikulum Merdeka yang sudah digunakan di sekolah-sekolah Kota Solo.
Pemerintah Kota (Pemkot) Solo turut andil dalam menunjang kompetensi bagi guru dengan memberikan dana hibah setiap tahun. Tahun ini, Pemkot Solo memberikan hibah dana sebesar Rp 50 juta, yang digunakan untuk menunjang kegiatan-kegiatan dari PGRI.
“Dana tersebut digunakan PGRI untuk kegiatan-kegiatan seperti peringatan Hari Guru Nasional (HGN) serta Hari Ulang Tahun (HUT) PGRI. Selain itu juga untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang menunjang kompetensi bagi guru, misalnya workshop penulisan konten pembelajaran Kurikulum Merdeka, workshop menulis buku fiksi dan nonfiksi,” jelas dia.
Wahyono berharap para guru lebih bersemangat karena pembelajaran sudah kembali dilakukan secara luring. Kemudian tetap menjaga solidaritas guna membantu pemerintah dalam rangka meningkatkan potensi peserta didik.
“Jadi yang kita berikan bukan untuk hari ini, tetapi untuk 10 hingga 25 tahun yang akan dating sehingga mampu memberikan yang lebih daripada teman-teman guru yang dulu,” pungkas dia. (K. Setia Widodo)
Bagikan