Art
17 Juni, 2023 02:50 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA – Minimnya keberadaan lagu anak-anak berbahasa Jawa menjadi alasan Kadipaten Pakualaman, Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar lomba 'Cipta Lelagon Bocah'. Enam kreasi terbaik bakal dikenalkan lewat sekolah untuk menambah literasi lagu-lagu anak berbahasa Jawa.
Kompetisi yang dibuka pada 1 Mei 2023 hingga ditutup pada 13 Juni 2023 ini berhasil mengumpulkan 27 karya orsinil para seniman yang peduli pada keberadaan lagu anak-anak berbahasa Jawa. Pada penilaian puncak Jumat (16/6/2023), terpilih enam lagu terbaik.
Koordinator Lomba Cipta Lelagon Bocah, Hayu Avang, menjelaskan lomba Cipta Lelagon Bocah menjadi rangkaian peringatan Hadeging Kadipaten Pakualaman ke-211. Ajang ini diselenggarakan untuk pengejawantahan makna dari cipta rasa karsa dalam mengisi kebudayaan.
"Ini adalah lomba kedua, setelah gelaran pertama tahun lalu. Tema yang diangkat tahun ini 'Wruh ing Budi Ngluhuraken Sujanma'. Artinya, kita sebagai umat manusia memiliki kewajiban memayu hayuning bawana memayu hayuning sujanma atau menciptakan manusia yang unggul berbudaya untuk kebaikan dunia," jelas Hayu di Pura Kadipaten Pakualaman.
Lomba ini juga meneguhkan peran dan tanggung jawab Kadipaten Pakualaman dalam menjaga dan mengembangkan budaya Yogyakarta yang merupakan warisan budaya bangsa yang diwujudkan melalui pemeliharaan, pendayagunaan, serta pengembangan dan penguatan nilai-nilai, norma, adat istiadat, dan tradisi luhur yang mengakar dalam masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hayu mengatakan sesuai dengan tema yang telah ditetapkan, lagu anak-anak yang dilombakan haruslah yang mengandung nilai budi pekerti luhur, yang bertujuan mempersiapkan generasi penerus yang berkarakter dan berbudaya.
"Kita juga ingin memberikan wadah untuk seniman, praktisi, akademisi, dan masyarakat luas dalam berkarya, khususnya di bidang lelagon bocah," ucapnya.
Nilai Tata Krama dan Etika
Salah satu dewan juri, Dewi Nurhasanah menyebut kehadiran lagu pemenang akan semakin menambah literasi di tengah minimnya karya cipta lagu anak-anak berbahasa Jawa yang semakin minim diproduksi.
"Dalam berproses kami bebaskan peserta untuk memilih genre yang dipilih namun wajib liriknya berbahasa Jawa. Kita ingin lagu-lagu ini nanti menjadi media edukasi yang lebih familiar," jelasnya.
Ke depan, setelah lebih disempurnakan berdasarkan masukkan dari para dewan juri, lagu-lagu yang seluruhnya memaparkan nilai-nilai tata krama dan etika ini, akan disosialisasikan serta dikenalkan lebih luas, khususnya melalui sekolah di semua jenjang.
Pada lomba tahun ini, Aji Santoso Nugroho menjadi pemenang pertama dengan karya lagu berjudul ‘Bebuden’, juara kedua diraih Hapsari Satya Lestari dengan lagu berjudul ‘Unggah-ungguh’, dan juara ketiga adalah Sigit Purnomo dengan lagu berjudul ‘Nyabrang Dalan’.
Selanjutnya, juara Harapan I adalah Hanamar Sekar Kinanthi dengan lagu ‘Sayuk Nyawiji’, juara Harapan II adalah Sumaryono dengan lagu ‘Sinau Basa’ dan juara Harapan III diraih oleh Sugiyarti dengan lagu ‘Rujak Pace’.
Dewan juri juga menetapkan empat pemenang lagu favorit. Juara Favorit I adalah Tegar Kusuma Atmaja dengan lagu ’Luru Ngelmu’, juara Favorit II adalah Th Kenty Krispatmi dengan lagu ’Sregeb Sinau’, Juara Favorit III adalah ‘Mulur Mungkret’, dan juara Favorit IV diraih Rahma Khoirunnisa El Fahmi dengan lagu ‘Sing Tegen Sing Tekun’.
Bagikan