Gagasan
04 Juli, 2022 11:48 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Bunga NurSY
Eduwara.com, JOGJA – Para pegiat pendidikan menggelar peringatan 100 tahun kehadiran sistem pendidikan Tamansiswa yang digagas Ki Hadjar Dewantara di Pendopo Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Yogyakarta, pada Minggu (3/7/2022).
Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa Ki Sri-Edi Swasono melalui sambutannya berjudul 'Menjadi Tuan di Negeri Sendiri Dengan Modal Historis dan Budaya Adiluhung', mengatakan sistem pendidikan yang diajarkan Ki Hajar Dewantara merupakan kesesuaian konsepsi mencerdaskan kehidupan bangsa.
"Yaitu konsepsi menggelorakan budaya merdeka, menampilkan budaya berdaulat, menolak ketergantungan pada penjajah," katanya Minggu (3/7/2022).
Memasuki abad kedua, Edi Swasono menyebut Tamansiswa tertantang menerapkan sistem pendidikan nasional yang benar arahnya dan membuat bangsa perkasa. Dimana di masa mendatang, bangsa ini mampu mengolah sendiri sumber daya alam sehingga meningkatkan kemampuan dan keberdayaan rakyat.
"Mari melangkahkan kaki kita pada 4 Juli 2022 pagi memasuki 'Abad Kedua' Tamansiswa, dengan 'modal historis', serta "modal budaya adiluhung" sebagaimana dikemukakan dan diteladankan Ki Hadjar, Bung Karno dan Bung Hatta. Ini akan menjadikan Indonesia sepenuh-penuhnya merdeka dan berdaulat, bersatu, adil dan makmur," paparnya.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhajir Effendy, melalui sambungan virtual, menyebut Tamansiswa tonggak penting sejarah dunia pendidikan Indonesia.
Tamansiswa adalah kawah Candradimuka yang terus melahirkan tokoh-tokoh penting Indonesia yang terus hadir mengingatkan perjuangan, pemikiran, ketulusan, keadiluhungan moral yang diajarkan Ki Hajar Dewantara.
"Momentum 100 tahun pendidikan Tamansiswa hari ini sekaligus menjadi penyegaraan konsep pendidikan Indonesia," tegasnya.
Dalam konsep pendidikannya, Tamansiswa tidak hanya melakukan pendekatan ke anak secara pedagogi, juga menerapkan andragogi. Jika berpijak konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, siswa merupakan subjek dari proses pendidikan.
Sementara itu, guru bertugas sebagai katalisator yang memberikan simulasi dan mengarahkan siswa dalam memecahkan berbagai masalah selama proses belajar mengajar berlangsung.
"Di abad ke-21 sekarang, siswa diwajibkan memiliki empat kompetensi yang dikenal sebagai 4C; berpikir kritis, kreatif dan inovasi, kemampuan bekerjasama, dan kemampuan berkomunikasi yang luas termasuk penguasaan pada teknologi komunikasi dan informasi," jelas Muhadjir.
Kesemuanya itu menurut Muhadjir sudah dilakukan Tamansiswa secara menyeluruh pada sistem pendidikan melalui 317 satuan pendidikan dan lima lembaga perguruan tinggi.
Bahkan sejak awal kehadirannya, Tamansiswa telah mengajarkan dan menumbuhkan kepercayaan diri anak didiknya. Persoalan percaya diri ini hingga kini masih menjadi tantangan besar bagi anak-anak Indonesia.
"Kemampuan intelektual, pengetahuan dan keterampilan anak-anak kita tidak kalah dengan bangsa maju yang lain. Akan tetapi percaya diri yang masih kurang, rasa rendah diri yang merupakan sisa peninggalan penjajahan," paparnya.
Muhajir sangat berharap memasuki abad keduanya, Tamansiswa terus berkesinambungan dalam membangun bidang pendidikan nasional yang akan mampu mengarahkan dan dan menumbuhkan jiwa gotong royong, etos kerja tinggi dan semangat memberikan yang terbaik.
"Termasuk kokoh berintegritas yang sekarang menjadi persoalan kronis yang belum bisa diurai, belum bisa diselesaikan dalam sistem pendidikan secara khusus dan sistem sosial secara umum," ucapnya.
Bagikan