Membatik Bersama, Cara MTsN 1 Solo Isi Jeda Tengah Semester dan Peringati Hari Batik

05 Oktober, 2022 03:19 WIB

Penulis:Redaksi

Editor:Ida Gautama

04102022-MTsN 1 Solo Membatik.jpg
@mtsn_ska1 (EDUWARA/@mtsn_ska1)

Eduwara.com, SOLO – Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Solo menggelar kegiatan Membatik Bersama, Senin (3/10/2022). Selain untuk mengisi kegiatan jeda tengah semester gasal, kegiatan tersebut digelar dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional. Kegiatan itu juga bertujuan memberikan edukasi dan mengenalkan warisan budaya.

Kepala Madrasah, Nurul Qomariyah dalam sambutannya mengatakan 2 Oktober 2009 merupakan tanggal ditetapkannya batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi oleh UNESCO.

"Sejak itu, setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Pengakuan internasional ini merupakan salah satu bentuk penghargaan tertinggi terhadap budaya Indonesia,” papar Nurul seperti dilansir Eduwara.com, Selasa (4/10/2022), dari laman Kementerian Agama (Kemenag) Solo.

Nurul juga menyampaikan bahwa siswa MTsN 1 Solo harus bangga memakai baju batik pada hari itu. Hal tersebut juga merupakan salah satu penghargaan terhadap batik.

Kegiatan membatik diawali dengan arahan salah seorang Guru Seni Budaya, Era Oktaviana mengenai petunjuk teknis dan alat bahan membatik ikat celup. Era mengatakan, alat dan bahan yang digunakan yaitu kuas, kelereng/batu, kain ukuran 1x1 meter, ember/baskom, karet/tali rafia, dan pewarna remashol.

“Hari ini kita akan membatik jenis ikat celup. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Motif yang akan dibuat ditentukan terlebih dulu. Kalau mau buat motif jumputan berarti harus menyiapkan kerikil dan karet, Kalau mau  buat motif Sibhori atau Tye Die harus menyiapkan lipatan-lipatan,” jelas Era kepada para siswa.

Setelah menerima penjelasan, siswa yang sudah membentuk kelompok bersama kelompoknya menyiapkan alas untuk membatik di halaman madrasah. Setiap kelompok membuat motif sesuai dengan keinginannya dilanjutkan pewarnaan. Setelah diwarna, kain dijemur di halaman parkir madrasah.

Lebih lanjut, semua siswa terlihat antusias mengikuti kegiatan itu. Salah seorang siswa, Fina tidak menyangka ternyata membatik ikat celup tidak sesulit yang dia bayangkan.

“Nggak nyangka ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Semua terasa mudah dan menyenangkan karena dikerjakan secara berkelompok,“ tutur Fina yang juga siswa kelas VII Sains 4 itu.

Sesi yang paling disukai, sambung dia, adalah sesi pewarnaan, karena saat sesi pewarnaan berlangsung bisa menuangkan kreativitas masing-masing. Walaupun menjadi pengalaman pertama dalam membatik ikat celup, namun bisa mengolah kreativitas siswa masing-masing.

Guru Seni Budaya yang lain, Danang Ari Prabowo berharap megiatan Membatik Bersama diharapkan dapat membuat siswa madrasah semakin mencintai batik dan bangga mempunyai budaya batik.

"Semoga tidak sekadar mencintai dan bangga saja tetapi juga melestarikan budaya batik dengan pengetahuan mereka tentang cara dan praktiknya," harap dia. (K. Setia Widodo/*)