Rektor UII Fathul Wahid Terpilih Lagi Jadi Ketua APTISI Wilayah V DIY

05 Agustus, 2024 18:28 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

05082024-Fathul Wahid Ketua APTISI DIY.jpg
Rektor UII Yogyakarta, Fathul Wahid, terpilih kembali sebagai Ketua APTISI Wilayah V DIY periode 2023-2024. Pelantikan pengurus APTISI Wilayah V DIY ini dilaksanakan di Universitas Amikom, Senin (5/8/2024). (EDUWARA/Dok. APTISI Wilayah V DIY)

Eduwara.com, JOGJA – Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Fathul Wahid, terpilih kembali sebagai Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) periode 2023-2024. Pelantikan pengurus APTISI Wilayah V DIY dilaksanakan di Universitas Amikom, Senin (5/8/2024).

Dalam sambutannya, Fathul Wahid menjanjikan program kerjanya akan fokus memastikan PTS bisa menunjukkan kontribusinya untuk mendidik calon-calon aktor intelektual Indonesia.

“Ada banyak tantangan berkelindan, seperti menurunnya jumlah mahasiswa yang mendaftar, daya beli masyarakat menurun, serta berubahnya prioritas pengeluaran keluarga,” terangnya.

Namun, menurut Fathul, saat ini peran PTS tidak bisa dipandang sebelah mata. Proporsi mahasiswa yang kuliah di PTS hampir 50 persen sehingga PTS memiliki dua peran besar yang tidak bisa dikesampingkan oleh pemerintah.

Pertama, dari sisi geografi, PTS mampu menjangkau berbagai pojok yang selama ini belum tersentuh negara. Kedua, biaya pendidikan di PTS, jika dikalkulasikan masih lebih murah dibandingkan biaya pendidikan PTN sekarang ini.

Fathul menegaskan pihaknya ingin mengubah pola pikir yang merendahkan PTS dengan menyebut universitas swasta hanya besar gedungnya saja tetapi sedikit mahasiswanya.

“APTISI bukan melawan, tapi mengingatkan bahwa pendidikan tanggung jawab negara, tanggung jawab moral. Sehingga, sudah seharusnya PTS diberi tanggung jawab yang sama dengan menghadirkan persaingan yang sehat, maju dan berkembang. Bukan justru dimatikan dengan kepicikan kebijakan dengan peraturan,” ucapnya.

Peta Jalan PT

Ketua APTISI Pusat, Budi Djatmiko, menyampaikan tentang peta jalan (roadmap) perguruan tinggi pada masa depan. Peta jalan ini, menurutnya, sudah disampaikan kepada presiden terpilih, Prabowo Subianto.

“Peta jalan yang kami susun ini merupakan hasil dari berbagai studi banding yang kita lakukan di banyak negara mengenai pendidikan. Pendidikan akhlak, kepemimpinan dan belajar dengan bahagia adalah inti di peta jalan ini,” katanya.

Dipaparkan Budi, pendidikan akhlak di luar negeri mendapatkan porsi yang utama sejak pendidikan dini dibandingkan dengan pendidikan akademik yang mengandalkan ujian.

Kepemimpinan juga diajarkan dengan melakukan berbagai kebiasaan-kebiasaan baik seperti mengantri. Sehingga, ketika mereka berada di bangku kuliah, maka program studi yang dipilihnya harus mampu mengajarkan kekuatan untuk mengatur dunia dengan baik.

“Kemudian ada konsep pendidikan yang bahagia di mana pendidikan harus menghasilkan orang yang berbahagia di dunia dan akhirat karena itu adalah capaian tertinggi. Kalau pendidikan tidak menghasilkan orang-orang bahagia, berarti ada yang salah. Mungkin pemimpin, pembina, rektornya, dekannya atau dosen,” tegasnya.

Disampaikan pula, peta jalan tersebut juga mengusulkan agar mahasiswa yang diterima di PTN digratiskan saja. Syaratnya dengan jumlah yang terbatas. Ini ke depannya agar persaingan PTN tidak lagi dengan PTS di dalam negeri namun sudah fokus pada persaingan universitas tingkat dunia.

Jika kondisi selama ini dibiarkan, di mana PTN dengan sistem ‘pukat hariamaunya’ menjaring mahasiswa lebih banyak, maka dipastikan PTS tidak akan hidup. Pasalnya, PTS tidak ingin mendapatkan bantuan pemerintah karena memang tidak ingin diatur pemerintah.

“Negara hanya membukakan jalan saja. Jika masyarakat sudah bisa melakukannya maka negara harus melepas. Ini juga berlaku dalam konsep pendidikan, jika swasta bisa menjalankan, negara harus melepas dan menyerahkan ke swasta,” ujarnya.

Dengan memiliki mahasiswa yang sedikit namun berprestasi, menurut Budi, PTN akan fokus bersaing untuk menjadi universitas terbaik tingkat dunia. 

“Nantinya PTN-PTN yang ada akan dikhususkan untuk menjadi pemain utama dalam satu bidang tertentu, misalnya Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi pusat studi nuklir, Institut Teknologi Bandung (ITB) pusat studi mesin,” katanya.