RSA UGM Didorong Jadi Rumah Sakit Pendidikan

10 Desember, 2024 08:51 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

09122024-UGM RSA.jpg
Rektor UGM Yogyakarta Ova Emilia mengatakan rumah sakit pendidikan di Indonesia kurang ideal. UGM mendorong Rumah Sakit Akademik (RSA) yang dimilikinya menjadi RS pendidikan pertama di Indonesia. (EDUWARA/K. Setyono)

Eduwara.com, JOGJA – Keberadaan rumah sakit di Indonesia dinilai Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Ova Emilia, kurang ideal sebagai sebuah rumah sakit pendidikan. Karenanya, UGM akan mendorong Rumah Sakit Akademik (RSA) yang dimilikinya menjadi yang pertama menjadi RS Pendidikan.

Hal ini disampaikan Ova saat menghadiri seminar ‘Hospital and Business Partnership to Strengthen Indonesia Healthcare’ yang dibarengi dengan penandatangan perjanjian kerja sama RSA UGM dengan PT Tawada Healthcare, di UGM, Senin (9/12/2024).

“RS umum selalu fokus pada pelayanan, memiliki program berbeda yang di mana menjadikan pendidikan hanya sebagai fungsi pelengkap,” kata Ova di awal sambutannya.

Sehingga, rumah sakit pelayanan yang selama dikoordinasi Kementerian Kesehatan, berorientasi pada membuat arah kebijakan, strategi-strategi, membuat indikator-indikator capaian, dan memetakan kebutuhan mewujudkan masyarakat yang sehat.

Sedangkan RS pendidikan, dijalankan secara berkelanjutan untuk mendukung kesehatan masyarakat tidak hanya di masa kini namun juga di masa depan melalui penelitian, riset, dan pembaharuan pelayanan.

“Peran rumah sakit pendidikan betul-betul harus dikenalkan di Indonesia, karena belum ada satupun RS pendidikan yang ideal. Yang ada sekarang ini adalah rumah sakit tempat pendidikan,” paparnya.

Dengan berbagai fakultas disiplin ilmu yang paling komprehensif di Indonesia, RSA UGM akan memiliki semangat serta dukungan menjadi rumah sakit pendidikan ideal pertama Indonesia.

Ditegaskan Ova, rumah sakit pendidikan terbaik adalah rumah sakit yang dimiliki universitas karena memiliki kedekatan dengan penelitian dan menjawab kebutuhan ketersediaan sumber daya manusia (SDM).

“Tak hanya riset dan penelitian terbaru. Kerja sama dengan dunia industri memberi peluang RS pendidikan untuk menghilirkan hasil riset serta pemanfaatan teknologi terbaru dalam bidang kesehatan,” ujarnya.

Inovasi Teknologi

Direktur Utama RSA UGM, Darwito, menegaskan kerja sama dengan Tawada Healthcare dilakukan guna memperkuat pengembangan teknologi medis. Kerja sama menghasilkan penelitian bersama, pengembangan program pelatihan untuk tenaga medis, serta implementasi teknologi kesehatan terkini di fasilitas RSA UGM.

“Kerja sama ini bertujuan meningkatkan kualitas layanan kesehatan melalui inovasi teknologi dan riset medis yang dapat diterapkan langsung di rumah sakit dan pelayanan kesehatan masyarakat,” paparnya.

CEO PT Tawada Healthcare, Satrija Sumarkho, berharap kolaborasi ini akan menciptakan solusi-solusi baru yang dapat menjawab tantangan kesehatan di Indonesia, serta memperkuat peran RSA UGM sebagai institusi pendidikan dan pelayanan kesehatan terdepan.

“Kerja sama antara Tawada Healthcare dan Unit Transfusi Darah (UTD) RS Akademik UGM bertujuan meningkatkan kualitas layanan kesehatan melalui penempatan alat Vitros 3600. Alat ini merupakan sistem canggih yang dirancang untuk mendukung pemeriksaan Infectious Marker for Laboratory Transfusion Diagnosis (IMLTD) secara cepat, akurat, dan andal,” ungkapnya.

Penempatan Vitros 3600 di UTD RSA UGM diharapkan dapat memperkuat proses skrining darah, memastikan keamanan transfusi, serta memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan transfusi darah yang berkualitas. Kerja sama ini mencerminkan komitmen bersama untuk mendukung kemajuan teknologi kesehatan dan pelayanan medis di Indonesia.