Kampus
13 September, 2023 19:56 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA – Bertempat di Universitas Gadjah Mada (UGM), 11 Sekolah Bisnis yang berasal dari Asia dan Uni Eropa bertemu untuk membahas Integrasi Kurikulum Keberlanjutan. Ini merupakan pengembangan Program Magister yang berfokus pada pembangunan dan manajemen berkelanjutan.
Kesebelas Sekolah Bisnis tersebut adalah Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (MM FEB) UGM, MM Universitas Islam Indonesia, MM Universitas Indonesia, dan MM Universitas Trisakti. Selanjutnya ada International College of National Institute of Development Administration, Srinakharinwirot University, dan Naresuan University Thailand.
Sedangkan Sekolah Bisnis dari Uni Eropa adalah University of Economics in Bratislava Slovakia, Universidad Pablo De Olavide Spanyol, Eötvös Loránd University Hungaria, Mendel University In Brno Republik Ceko dan University of Agder Norwegia.
"Pertemuan pengelola Sekolah Bisnis ini selain menjalin peluang kerja sama juga mendesiminasikan praktik terbaik dalam mengintegrasikan aspek keberlanjutan dalam kurikulum Program Studi Magister Manajemen di berbagai belahan dunia melalui kegiatan kolaboratif Master Studies in Sustainable Development and Management (MASUDEM) yang didanai oleh Erasmus+," kata Ketua Prodi MM FEB UGM, Amin Wibowo, Rabu (13/9/2023).
Tidak hanya itu, kegiatan ini menjadi kesempatan memperkenalkan inisiatif program MASUDEM sebagai bagian kolaboratif antara universitas-universitas mitra di Eropa dan Asia Tenggara yang mendukung pengembangan Kurikulum Berbasis Keberlanjutan.
Pertemuan kali ini, menurut Amin, akan mempresentasikan praktik terbaik Kurikulum Keberlanjutan dari berbagai negara, dan pemetaan situasi terkini dari masing-masing universitas mitra kolaborasi.
Pengembangan Kurikulum
Koordinator program MASUDEM Anetta Chaplanova dari University of Economics in Bratislava, Slovakia, mengatakan proyek MASUDEM adalah proyek yang didanai bersama oleh Komisi Eropa melalui program Erasmus+ untuk peningkatan kapasitas dalam pendidikan tinggi yang berfokus pada kerja sama antara universitas-universitas Eropa dan universitas di negara dunia ketiga.
"Fokus kami adalah pada wilayah Asia Tenggara, dan dalam proyek ini kami melibatkan dua negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia dan Thailand. Kolaborasi ini adalah kemitraan yang kami harapkan memberikan keterampilan, pengetahuan, dan minat dalam fokus utama proyek ini, yaitu pengembangan kurikulum tingkat Magister di bidang pembangunan dan manajemen berkelanjutan," paparnya.
Selain Indonesia dan Thailand, kata Anetta, mitra Sekolah Bisnis di Eropa diajak untuk melakukan studi kontekstual untuk melihat praktik terbaik dalam mengajar Manajemen Keberlanjutan dan Ekonomi Pembangunan di universitas-universitas terkemuka di dunia, guna mempersiapkan dasar untuk perbaikan atau pengembangan program-program baru di universitas mitra.
"Sekarang kami tengah dalam pengembangan program Magister yang berfokus pada pembangunan dan manajemen berkelanjutan. Kami kemudian akan melanjutkan dengan mengimplementasikan kurikulum yang telah diperbarui, dan sebelum itu kami juga perlu mengakreditasi program-program tersebut jika diperlukan," jelasnya.
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerjasama, dan Alumni FEB UGM, Gumilang Aryo Sahadewo mengatakan kerja sama antar Sekolah Bisnis tentang Kurikulum Keberlanjutan dalam konteks negara-negara berkembang, tetapi juga mendorong bagaimana kita dapat bekerja sama antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang untuk memahami masalah keberlanjutan.
"Saya kira diperlukan upaya dapat mengintegrasikan keberlanjutan dalam kurikulum. Dampaknya bukan hanya untuk Magister Manajemen di Indonesia dan Thailand, tetapi juga di negara-negara ASEAN lainnya, serta negara-negara Eropa secara umum. Kami ingin mempelajari perspektif Kurikulum Keberlanjutan dari negara-negara Eropa," ujarnya.
Menurut Gilang, program MASUDEM ini bisa meningkatkan peluang kerja sama saat ini antara FEB UGM dan Universitas Agder, yakni program ASEAN Master in Sustainability Management. Sebab program interdisipliner dan multidisipliner ini, menurutnya, mampu melatih mahasiswa menjadi calon pemimpin dalam masalah keberlanjutan dalam konteks ASEAN.
"Saya kira kolaborasi ini akan memberikan pengetahuan untuk mengejar dan juga menyempurnakan kurikulum keberlanjutan. Dan sekali lagi, saya berharap antar pengelola dapat berbagi pembaruan tentang kurikulum, bukan hanya di negara masing-masing, tetapi juga negara-negara di luar jaringan ini," harapnya.
Bagikan