Seperti Ini Peran Perempuan Dalam Upaya Diversifikasi Pangan

22 Maret, 2022 14:29 WIB

Penulis:Bhakti Hariani

Editor:Bunga NurSY

Retno.jpg
Pemilik @kakilimaNYC Retno dalam Webinar “Women and Food: Indonesia Culinary Heroine, Perempuan Pahlawan Kuliner Indonsia” yang digelar Nusa Gastronomy Indonesia dan U.S Embassy Indonesia, Senin (21/3/2022) (Eduwara/Bhakti)

Eduwara.com, JAKARTA – Indonesia memiliki ragam pangan terbesar di dunia. Aneka pangan lokal banyak diberdayakan oleh para wanita di Indonesia.

Pegiat Slow Food Yogyakarta Amaliah mengatakan, di balik pangan lokal terkait dengan budaya yang lekat dengan daerah masing-masing di Indonesia. Sebagai akademisi di bidang Teknologi Pangan, Amaliah mengungkapkan bahwa aneka pangan asli Indonesia memiliki nilai gizi yang tidak kalah dari aneka pangan asing.

“Salah satunya adalah buah pisang. Buah ini merupakan buah surga. Kaya akan nilai gizi dan seluruh pohonnya bisa dimanfaatkan. Dari mulai daunnya, batangnya, jantungnya, pelepahnya dan sebagainya,” ujar Amaliah dalam Webinar “Women and Food: Indonesia Culinary Heroine, Perempuan Pahlawan Kuliner Indonesia” yang digelar Nusa Gastronomy Indonesia dan U.S Embassy Indonesia, Senin (21/3/2022).

Aneka pangan lokal Indonesia yang tengah dikembangkan salah satunya adalah Sorgum. Maria Loretha menggalakkan penanaman Sorgum di Lembata, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Maria Loretha menuturkan, kontur tanah NTT yang cenderung kering dan air terbatas merupakan lahan yang cocok untuk pertumbuhan Sorgum. “Kami menanam Sorgum bertahap, satu hektare kemduian dua hektare. Sorgum memiliki kandungan gizi yang sangat baik. Bebas gluten dan mampu mencegah kegemukan,” tutur Maria Loretha yang akrab disapa Mama Loretha.

Dikatakan Mama Loretha, awalnya dirinya kesulitan menemukan benih sorgum, namun akhirnya berhasil dia temukan dan kemudian mulai menanami lahan. Mama Loretha pun menggalang para ibu di NTT untuk menanami lahan dengan Sorgum.

Amerika Serikat

Senada dengan kecintaan pada pangan lokal, Retno mengusung pangan lokal di negeri Paman Sam dengan membuka kedai kaki lima yang menjual aneka makanan khas Indonesia. Sejak pindah ke AS pada 2011, Retno terpikir untuk memiliki usaha sendiri di bidang kuliner. 

“Awalnya karena terpacu aja sendiri, mau cari bahan-bahan apa yang khas Indonesia kok susah sekali ya. Apalagi masakan khas Indonesia. Saya terpikir, kenapa tidak saya jadikan saja ini sebagai peluang? Kebetulan saya memang suka memasak sejak kecil, belajar dari Ibu saya,” papar pemilik @kakilimaNYC ini.

Dia pun mulai merintis usaha yang disebutnya usaha kaki lima dengan menyajikan aneka masakan khas Indonesia seperti Rendang, Sambal Balado Terong, Pecel, Gulai Kepala Ikan, dan sebagainya.

“Peminat kuliner Indonesia sangat banyak. Antusiasmenya luar biasa. Saat ini saya tinggal di New York. Para pecinta kaki lima dengan makanan Indonesia ini semakin banyak,” tutur Retno.

Dirinya berpesan bahwa sebagai orang Indonesia harus merasa bangga dengan apa yang dimiliki Indonesia. Aneka ragam bahan pangan, bumbu, dan cita rasa yang beragam dari aneka kuliner di Indonesia merupakan hal yang harus disyukuri.