Kampus
05 Maret, 2024 18:15 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JAKARTA – Tiga dosen Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial Universitas Dian Nusantara (FBIS-UNDIRA) Jakarta membantu pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Tangerang, Banten naik kelas.
Dalam kegiatan pendampingan dan pelatihan tersebut, pelaku UMKM yang menjadi produsen cairan pembersih ramah lingkungan dikenalkan dengan konsep pemasaran digital, standar akuntansi keuangan, dan risiko usaha.
Bermitra dengan UMKM Family Care Plus yang beralamat di Desa Situ Gadung, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, tiga dosen Prodi Akuntansi FBIS UNDIRA yang terlibat dalam kegiatan pendampingan dan pelatihan tersebut adalah Islamiah Kamil, Sri Anjarwati, dan Yolifiandri.
Dalam rilis yang diterima pada Selasa (5/3/2024), disebutkan bahwa melalui kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pada Sabtu (24/2/2024), Islamiah Kamil menyampaikan materi mengenai kreativitas dan pemanfaatan aplikasi Tiktok Shop untuk memperluas pemasaran.
“Sedangkan saya, memberi materi mengenai edukasi pelaporan keuangan menggunakan aplikasi digital yang sudah berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan SAK EMKM (Entitas Mikro, Kecil dan Menengah). Kemudian, Yolifiandri mengenai risiko UMKM serta antisipasinya,” papar Sri Anjarwati mewakili kedua rekannya.
Dijelaskan pula oleh Sri Anjarwati bahwa keputusan untuk bermitra dengan UMKM Family Care Plus didasarkan pada beberapa indikator. Pertama, bahwa produk pembersih ramah lingkungan ini merupakan produk baru yang belum banyak dikenal orang sehingga diperlukan metode pemasaran yang mampu menjangkau lebih luas.
“Indikator kedua, yaitu masih belum standarnya laporan keuangan yang dibukukan oleh pelaku UMKM sehingga belum diketahui dengan pasti mengenai harga pokok produksi ketika ditulis manual,” lanjutnya.
Padahal, menurut Sri Anjarwati, laporan keuangan yang lebih terstruktur dan akurat membantu memperkuat hubungan antara UMKM dengan anggotanya serta meningkatkan daya tarik bagi calon investor dan lembaga keuangan.
Tantangan
Indikator terakhir, terkait dengan bagaimana risiko dan tantangan produk yang dihasilkan oleh UMKM ke depan di persaingan pasar. Pengenalan risiko sejak dini ini akan membantu pelaku UMKM melakukan langkah-langkah antisipasi.
Melalui serangkaian workshop, pelatihan, dan sesi diskusi, berbagai langkah implementasi praktis ini diharapkan membantu anggota UMKM untuk secara langsung mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh selama program edukasi.
Meski demikian, dalam pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini, Sri Anjarwati mengakui jika pihaknya menghadapi sejumlah tantangan, seperti keterbatasan akses terhadap teknologi dan perangkat lunak akuntansi, serta resistensi terhadap perubahan dari sebagian anggota UMKM.
“Namun, dengan pendekatan yang berkelanjutan, pelatihan yang intensif, dan dukungan penuh dari pengurus UMKM, tantangan ini berhasil diatasi,” tegasnya.
Secara keseluruhan, lanjut Sri Anjarwati, kolaborasi antara pengurus dan anggota UMKM serta dukungan dari pemerintah setempat telah menjadikan program ini memberikan dampak positif bagi transparansi dan pertumbuhan UMKM di tingkat desa. Ke depan, kerja sama ini akan diperluas dengan pihak terkait seperti asosiasi UMKM, lembaga pendidikan, dan pemerintah daerah untuk meningkatkan efektivitas program.
Pemantauan dan evaluasi secara berkala, menurut Sri Anjarwati, akan terus dilakukan untuk memastikan implementasi ketiga materi dilakukan dengan benar dan memberikan dampak yang positif bagi pengurus UMKM serta anggotanya.
Bagikan