logo

EduBocil

Dalam Pawiyatan Basa Jawa, SDN Kasihan Jadi Salah Satu Pusat Memasyarakatkan Aksara Jawa

Dalam Pawiyatan Basa Jawa, SDN Kasihan Jadi Salah Satu Pusat Memasyarakatkan Aksara Jawa
20 Siswa SDN Kasihan Desa Tamantirto terpilih dalam program sinau atau Pawiyatan Basa Jawa yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Bantul. Sebagai upaya memperkenalkan Basa Jawa Disbud menetapkan enam Desa Rintisan Budaya. (SDN Kasihan)
Bunga NurSY, EduBocil21 Maret, 2022 15:31 WIB

Eduwara.com, JOGJA – SDN Kasihan di Desa Tamantirto terpilih mewakili Kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dalam program Sinau atau Pawiyatan Basa Jawa

Desa Tamantirto menjadi satu dari enam desa yang ditetapkan Dinas Kebudayaan Bantul sebagai Desa Rintisan Budaya. 

Sebagai sekolah yang ditunjuk, Kepala SDN Kasihan Harsiana Wardani bangga sekolahnya menjadi salah satu pusat memasyarakatkan Aksara Jawa dikalangan masyarakat, terutama bagi generasi muda. Targetnya, Aksara Jawa kedepan dapat mendunia.

"Kami menunjuk 20 siswa dari kelas IV dan V mengikuti pelatihan dari 19 sampai 28 Maret 2022. Mereka adalah siswa yang memiliki prestasi dalam mata pelajaran Bahasa Jawa sehingga siap menimba ilmu cara menulis aksara jawa dengan metode yang baru," jelasnya lewat rilis, Senin (21/3/2022).

Dengan metode baru, Pawiyatan aksara Jawa menargetkan peserta yang mengikuti kegiatan ini selama delapan hari dapat membaca dan menulis menggunakan aksara Jawa.

Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Bantul Tri Jaka Suhartaka menjelaskan Pawiyatan Aksara Jawa diselenggarakan dalam rangka mengembangkan serta memfasilitasi masyarakat untuk melestarikan bahasa dan sastra Jawa.

"Ada sebanyak enam desa rintisan budaya yang ditetapkan mengelar pelatihan dari 15 sampai 29 Maret," jelasnya.

Desa Budaya yang ditetapkan yaitu Desa Wukirsari di Kecamatan Imogiri, Desa Baturetno (Banguntapan), Desa Jatimulyo (Dlingo), Desa Guwosari (Pajangan), Desa Tamantirto (Kasihan) dan Desa Timbulharjo (Sewon).

Dalam Pawiyatan Aksara Jawa kali ini menggunakan metode pembelajaran 'Cara Ngapak'. Jaka menyebut sistem ini dipergunakan setelah berdasarkan pertimbangan dan masukan dari berbagai pihak.

"Selama ini metode menghafal aksara Jawa dengan Ha, Na, Ca, Ra, Ka, dan seterusnya dirasakan sulit," lanjutnya.

Dengan menggunakan metode 'Cara Ngapak', siswa tidak harus menghafal 20 huruf tetapi 5 huruf yang selanjutnya dilakukan dengan logika dan permainan, sehingga tidak terasa aksara Jawa akan tertanam di dalam ingatan para siswa.

Read Next