logo

Kampus

FIP UNY Tegaskan Pendidikan itu Memerdekakan dan Memandirikan

FIP UNY Tegaskan Pendidikan itu Memerdekakan dan Memandirikan
Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (FIP Unesa) Yatim Riyanto saat menjadi pembicara utama dalam peringatan Dies Natalis ke-72 FIP UNY, Senin (15/8/2022) (EDUWARA/Humas UNY)
Setyono, Kampus15 Agustus, 2022 22:53 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Dalam peringatan Dies Natalis ke-72, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (FIP UNY) menegaskan bahwa pendidikan itu sejatinya harus memerdekakan dan memandirikan manusia.

"Dalam pendidikan harus diingat bahwa kemerdekaan itu bersifat tiga macam: berdiri sendiri (zelfstandig), tidak tergantung kepada orang lain (onafhankelijk) dan dapat mengatur dirinya sendiri (vrijheid, zelfbeschikking)," papar Dekan FIP Sujarwo, Senin (15/8/2022).

Bertema 'Peran Ilmu Pendidikan dalam Mewujudkan Kemandirian dan Kemerdekaan Belajar', Dies Natalis kali ini menghadirkan Guru Besar FIP Universitas Negeri Surabaya, Yatim Riyanto, sebagai pembicara utama.

Sujarwo mengingatkan kemerdekaan belajar merupakan tema kekinian sesuai kebijakan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim. Namun sebenarnya gagasan 'belajar merdeka' telah digaungkan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara seabad lalu.

"Ki Hajar mengemukakan pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan manusia atas hidupnya lahir, sedang merdekanya hidup batin itu terdapat dari pendidikan," jelasnya.

Selanjutnya dikatakan Ki Hajar bahwa maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai anggota dari persatuan rakyat.

Untuk itu ilmu pendidikan harus dapat memberikan pencerahan dalam proses pembelajaran untuk mengoptimalkan seluruh potensi peserta didik secara utuh, membentuk jiwa mandiri, dan membangkitkan kreativitas peserta didik tersebut.

Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia untuk menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, merdeka jasmani dan rohani, sekaligus juga mampu mengatur tertibnya perhubungan dengan kemerdekaan orang lain.

Oleh karena itu ilmu pendidikan harus mampu mengarahkan kemerdekaan belajar pada keseimbangan pemenuhan hak dan kewajiban kemerdekaan diri sendiri dan kemerdekaan orang lain, bukan menjadikan kemerdekaan liar tak bertanggungjawab sebagaimana kekhawatiran dan kritik terhadap kebijakan 'Merdeka Belajar – Kampus Merdeka'.

Sedangkan Yatim Riyanto, dalam orasi ilmiahnya, menyatakan ilmu pendidikan yang menekankan pada humanisticeducation memberikan peran penting dalam kemandirian dan kemerdekaan belajar karena peserta didik sebagai individu yang memiliki potensi sehingga guru tinggal memfasilitasi pembelajaran karena pembelajaran berpusat pada peserta didik (studentcenter).

"Sebaiknya peserta didik diberikan kebebasan dalam memilih dan menentukan gaya belajarnya sendiri serta memilih strategi atau model dan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran dengan kesepakatan guru," katanya.

Selain itu, alangkah baiknya bisa peserta didik diberikan kesempatan untuk mengkreasi konten pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran sekaligus diberikan kebebasan untuk mengekspresikan hasil pembelajaran melalui presentasi. 

Karena, yang terpenting adalah peserta didik diberikan peluang untuk berkolaborasi dengan temannya dalam memecahkan masalah terkait dengan materi pembelajaran.

Read Next