logo

Kampus

Gelar Pelatihan Dasar untuk Karang Taruna, UWM Ingin Gen Z Paham Kekerasan Berbasis Gender

Gelar Pelatihan Dasar untuk Karang Taruna, UWM Ingin Gen Z Paham Kekerasan Berbasis Gender
UWM menyelenggarakan Pelatihan Dasar Memahami Kekerasan Berbasis Gender yang untuk Karang Taruna Sorogenen, Desa Timbulharjo, Sewon, Bantul, Rabu (28/6/2022). (Istimewa)
Redaksi, Kampus28 Juni, 2022 21:25 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Dosen program studi Ilmu Komunikasi Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta Bagus Ajy Waskyto Sugiyanto meminta kalangan generasi Z memahami dengan baik tentang kekerasan berbasis gender. Pemahaman ini akan mendorong efektivitas kerja dalam proses pencegahan kekerasan.

Hal ini disampaikan Bagus dalam Pelatihan Dasar Memahami Kekerasan Berbasis Gender yang diselenggarakan untuk Karang Taruna Sorogenen, Desa Timbulharjo, Sewon, Bantul, , Rabu (28/6/2022).

Dengan memberi pemahaman kepada Gen Z, diharapkan mereka dapat menjadi agen-agen pembaharuan dalam memahami bahaya kekerasan gender, dan menyokong pengurangan atau upaya menghilangkan aksi negatif tersebut," katanya.

Melibatkan mahasiswa, pemberian pelatihan sebagai upaya pembelajaran agar mahasiswa memahami bagaimana situasi terjun ke lapangan. Pemberian pemahaman kekerasan berbasis gender kali ini menggunakan metode role play.

"Dengan metode itu, peserta diharapkan bisa lebih mudah untuk memahami masalah tersebut," jelasnya.

Bagus menjelaskan, saat ini dalam konstruksi sosial masyarakat masih melekatkan konsep seks dan gender. Seks atau jenis kelamin adalah suatu kategori biologis, sedangkan gender adalah konsep sosial yang berhubungan dengan sejumlah karakteristik psikologis dan perilaku yang kompleks yang dipelajari seseorang dalam pengalaman sosialisasinya.

"Pengertian gender kerap kali tertukar dengan pengertian seks. Pengertian seks adalah suatu kategori biologis, sedangkan gender merupakan konsep sosial," ungkapnya.

Sebelumnya, pelatihan mengenai metode pendidikan revolusi mental yang efektif kepada generasi muda juga diberikan oleh dosen Fakultas Ekonomi UWM Jumadi. Pelatihan ini sebagai upaya mendorong sikap mental yang ideal perlu pengajaran praktik atau praksis.

"Pelatihan ini menggunakan pengalaman langsung yang bisa menggerakkan mental atau  hati peserta yang terlibat di dalamnya. Metode ini menjadikan peserta sebagai subyek dalam kegiatan nyata atau kegiatan yang melibatkan komunitas atau masyarakat," katanya.

Melalui metode pendidikan revolusi mental perlu subyek dan metode yang berkesinambungan atau tidak terputus dari level terbawah sampai tertinggi, Jumadi mengatakan mencapai Generasi Emas Indonesia 2045 tidak dapat dilakukan secara instan, sedang materinya mengintegrasikan nilai-nilai atau teori dan praktek nyata atau dikenal 'learning by doing'.

Read Next