logo

Sekolah Kita

Kemenpora Kembali Hidupkan Senam Kebugaran di Sekolah

Kemenpora Kembali Hidupkan Senam Kebugaran di Sekolah
Menpora Zainudin Amali, Sabtu (26/3/2022) memastikan SKJ yang sempat dihilangkan akan kembali diaktifkan di sekolah. (EDUWARA/Setyono)
Setyono, Sekolah Kita26 Maret, 2022 20:45 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali memastikan senam kesehatan jasmani (SKJ) yang sempat dihilangkan akan kembali diaktifkan di sekolah. Saat ini, versi baru SKJ sedang disosialisasikan di beberapa sekolah.

"Kita sudah jalan dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Versi terbaru sudah kita luncurkan dan ada di media sosial," kata Menpora Amali, Sabtu (26/3/2022).

Upaya menghidupkan kembali SKJ ini, menurut Menpora, disebabkan rendahnya tingkat kebugaran di kalangan pemuda. Indeks Pembangunan Pemuda Indonesia yang di 2020 mencapai 51,00 atau turun sebesar 1,67 poin dari tahun 2019. Padahal target nilai IPP Indonesia di tahun 2024 sebesar 57,67.

Ini belum lagi didukung dengan data penelitian di Jawa Tengah yang menyatakan dari 2.000 siswa kelas XII, hanya lima yang dinyatakan bugar.

"Selama ini ada yang salah dalam sistem kesehatan kita. Dulu di sekolah SD-SMP ada senam kebugaran, tapi sekarang tidak ada. Ini yang kita dorong untuk segera dihadirkan," jelasnya.

Hadirnya Kemendagri dalam peluncuran program SKJ, sebagai upaya mendorong sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan pemerintah kabupaten, kota atau provinsi untuk ikut mensosialisasikan.

"Ini sudah jalan. Kita kembalikan ke yang dulu. Kita ingin menggelorakan semangat mengolahragakan masyarakat, memasyarakatkan olahraga," lanjutnya.

Langkah ini, menurutnya, sesuai dengan amanat UU Keolahragaan Nomor 2 Tahun 2022 dan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional.

Pemerintah, menurut Amali, menghadirkan gerakan senam kebugaran di sekolah sebagai upaya peningkatan gerak fisik di kalangan siswa dan pemuda. Pasalnya, dengan populasi 25 persen dari total penduduk, pemuda menjadi harapan bangsa untuk menghadapi bonus demografi.

"Rendahnya tingkat kebugaran, menghadirkan kekhawatiran mereka tidak bisa mengisi pasar kerja yang tersedia karena fisiknya. Dengan fisik yang lebih siap, kita mendorong mereka lebih kreatif, inovatif, mandiri, memiliki daya saing dan kemampuan berwirausaha.," tegasnya.

Read Next