Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, SRAGEN – Dinamika perkembangan zaman menuntut dunia pendidikan harus selalu berubah. Hal tersebut bertujuan agar siswa sebagai output dunia pendidikan selalu mampu memenuhi tuntutan perkembangan zaman.
Demikian poin penting yang disampaikan Kepala Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 1 Ketelan Solo, Sri Sayekti dalam In House Training Kurikulum Merdeka di Aula SDIT Az-Zahra Islamic Talent School (ITS) Sragen, Sabtu (28/1/2023). Pelatihan tersebut mengusung tema ‘Menjadi Guru yang Tanggap Perubahan Untuk Menyongsong Era Merdeka Belajar’.
“Kurikulum ini dibuat dengan tujuan agar pendidikan Indonesia bisa seperti di negara maju. Yang mana siswa diberi kebebasan dalam memilih apa yang diminatinya dalam pembelajaran,” ucap Sri Sayekti dalam siaran pers yang diterima Eduwara.com, Sabtu (28/1/2023).
Kurikulum Merdeka, sambung dia, berlandaskan pada tujuan sistem pendidikan nasional dan standar nasional pendidikan. Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum terbaru yang di tetapkan pemerintah untuk menggantikan kurikulum 2013.
Sayekti melanjutkan, Kurikulum Merdeka memberi ruang untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan karena memberi ruang bagi peserta didik untuk mengeksplorasi dan memaksimalkan potensi dirinya.
Selain itu, tujuan Kurikulum Merdeka adalah mengejar ketertinggalan pembelajaran yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. “Kurikulum Merdeka memberikan pelayanan pembelajaran sesuai Profil Pelajar Pancasila,” jelas Sayekti.
Ciri Khas Kurikulum Merdeka
Sayekti membeberkan, beberapa hal yang menjadi ciri khas Kurikulum Merdeka adalah berbasis projek dan karakter. Hal tersebut berarti pembelajaran lebih berfokus pada pemerolehan pengetahuan melalui praktikum atau percobaan istilahnya learning by doing.
“Jadi siswa tidak hanya menghapal suatu konsep melainkan terlibat untuk mengamati suatu fenomena tentang suatu konsep. Pembelajaran inilah yang akan menjadikan anak belajar bermakna. Model pembelajaran yang sering di gunakan akan berbasis penemuan atau solusi,” jelas dia.
Ciri khas yang kedua adalah fokus pada materi essensial artinya guru mengajarkan materi-materi yang lebih sederhana sehingga bisa mendalami materi pelajaran tanpa harus terburu-buru masuk ke materi selanjutnya. Terdapat waktu yang lebih untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar contohnya literasi dan numerasi.
Ciri khas yang ketiga adalah fleksibilitas bagi guru dan murid untuk bisa melakukan pembelajaran yang terdeferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik. Tentunya kemampuan setiap anak berbeda-beda. Tugas guru adalah menilai awal kompetensi peserta didik dan memfasilitasinya.
“Dari berbagai keunggulan Kurikulum Merdeka, maka guru sebagai aktor utama dalam kegiatan belajar harus menguasai berbagai hal terkait implementasi Kurikulum Merdeka dalam kegiatan pembelajaran baik assesmen diagnostik, penyajian materi, pengelolaan kelas serta proses penilaiannya untuk menunjang suksesnya tujuan pembelajaran,” ungkap dia. (K. Setia Widodo/*)