Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Melalui program Summer Course kedokteran presisi, Universitas Gadjah Mada (UGM) mengajak 43 mahasiswa UGM dan 45 mahasiswa asing untuk melihat langsung praktik pelayanan kesehatan di Puskesmas di wilayah Sleman. Summer course kedokteran presisi ini berlangsung mulai 6-17 November 2023.
Ketua Tim Internasionalisasi Akademik UGM Gunadi, menuturkan kegiatan summercourse yang melibatkan mahasiswa asing ini merupakan bagian dari upaya pencapain program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan SDGs, terutama dalam peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
“Kegiatan ini erat kaitannya dalam SDGs terkait pelayanan masyarakat. Dan, sekarang pendidikan tidak lagi pada evidence based berdasarkan pada kedokteran presisi dengan profil genomik sehingga perlakuannya juga berbeda. Calon tenaga kesehatan tidak bisa berjalan sendiri tapi lebih pada kedokteran presisi, mengikuti data genomik pasien,” kata Gunadi, Selasa (14/11/2023).
Summer course tentang kedokteran presisi bertujuan memperkenalkan kepada calon tenaga kesehatan tentang pentingnya pengobatan pasien dengan menggunakan data spesifik pasien, termasuk informasi genetik dan faktor gaya hidup sehingga bisa mengidentifikasi risiko penyakit, memprediksi hasil pengobatan dan mengembangkan terapi target.
Peserta summer course merupakan mahasiswa dari Belanda, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Myanmar. Mereka diajak berinteraksi dengan tenaga kesehatan dan ikut memberikan penyuluhan kesehatan gigi di SD Cebongan. Mereka juga menyaksikan secara langsung rehabilitasi pasien gangguan jiwa dengan riwayat penyakit kambuhan di Puskesmas Mlati 2.
Psikolog di Puskesmas Mlati 2 Sleman, Berta Devi Aryani, mengatakan di tiga kelurahan yang ada di sekitar area Puskesmas terdapat 102 pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Mereka perlu mendapat rehabilitasi dan perawatan yang intensif yang melibatkan tenaga kesehatan, pemerintah dan dukungan dari pihak keluarga pasien.
“Kita selalu rutin memberikan edukasi menyadarkan keluarga pentingnya kesehatan jiwa. Selain ada penyuluhan juga dilakukan family gathering agar ada dukungan dari keluarga seperti apa,” ujarnya.
Pengalaman Baru
Joost Keijer dari VU University Medical Center (VUMC) Amsterdam, mengaku sangat senang diajak berinteraksi saat memberikan penyuluhan kesehatan ke siswa di sekolah dan berinteraksi langsung dengan tenaga kesehatan di Puskesmas.
“Kami merasa senang karena bisa bisa bertukar pikiran tentang apa yang penting untuk kami adopsi sistem kesehatan ke depan. Saat bisa bertemu dan berinteraksi langsung dengan masyarakat dan bertemu dengan pasien ODGJ di Puskesmas jadi pengalaman baru kami,” ujarnya.
Menurut Keijer, pelayanan kesehatan di Indonesia berbeda jauh dengan apa yang ia lihat di negaranya Belanda. Penyuluhan kesehatan di Indonesia melibatkan tenaga kader kesehatan karena luasnya wilayah Indonesia dan kondisi masyarakat yang beragam.
“Berbeda dengan di Belanda yang tidak ada Posyandu dan Puskesmas. Saya lihat di Indonesia sangat memerlukan tenaga kesehatan dengan jumlah banyak untuk melayani masyarakat,” katanya.
Sementara Maizatul Shariza dari Universitas Putra Malaysia merasa terkesan dengan kegiatan pelayanan kesehatan di lapangan. Menurutnya, kegiatan pelayanan kesehatan tersebut sangat erat dengan apa yang ia pelajari di kampus.
“Saya mahasiswa Prodi Gizi Kesehatan. Apa yang saya pelajari selama ini ternyata bisa memberi manfaat, seperti membuat skrining dan program cegah stunting, kelas ibu hamil apalagi ada program yoga untuk ibu hamil. Saya dapat ide baru, untuk mengatakan kepada anak anak tentang menjaga kebersihan gigi,” ujarnya.