logo

Kampus

Masa Depan Seni Rupa Indonesia Bergantung Tata Kelola dan Kolaborasi Stakeholder

Masa Depan Seni Rupa Indonesia Bergantung Tata Kelola dan Kolaborasi Stakeholder
Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Timbul Raharjo saat berbicara dalam Kuliah Umum berjudul 'Tata Kelola dan Masa Depan Seni Rupa Kita' di kampus ISI Yogyakarta, Kamis (6/7/2023). (EDUWARA/Dok. ISI Yogyakarta)
Setyono, Kampus06 Juli, 2023 20:29 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Timbul Raharjo, mengatakan demi keberlanjutan masa depan seni yang penuh inovasi sudah saatnya hadir sebuah tata kelola dan peran bersama dari banyak pihak.

Hal ini dipaparkan Timbul saat berbicara dalam Kuliah Umum berjudul 'Tata Kelola dan Masa Depan Seni Rupa Kita' di kampus ISI Yogyakarta, Kamis (6/7/2023).

"Harus ada tata kelola yang baik supaya masa depan seni rupa di Indonesia bisa lebih baik lagi. Kehadiran tata kelola dibutuhkan agar karya seni rupa dapat memiliki dampak yang baik," katanya.

Tata kelola ini, menurut Timbul, bisa dihadirkan secara berkesinambungan baik oleh para akademisi di perguruan tinggi seni, pemerintah, swasta, komunitas, serta perusahaan-perusahaan yang memiliki corporate social responsibility (CSR) dalam bidang seni.

Saat ini, tata kelola dalam bidang seni masih sebatas pada para seniman itu sendiri dengan perguruan tinggi dan komunitas. Itupun peran yang dimiliki oleh mereka masih bersifat sporadis.

Kehadiran tata kelola dan kolaborasi stakeholder akan berdampak positif pada inovasi para seniman. Seniman Indonesia dapat menciptakan sesuatu yang baru dan unik secara berkelanjutan.

"Dampak tersebut juga tidak hanya dinikmati oleh seniman besar saja, namun juga seniman yang tengah berkembang," ucapnya.

Apresiasi diberikan Timbul kepada Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), di mana melalui Dana Keistimewaan (Danais) telah memberi kesempatan kepada seniman semua bidang bisa menggelar pameran maupun pertunjukkan.

Lalu ada pula dari kalangan swasta melalui kegiatan penunjang kreativitas seniman seperti kompetisi seni rupa atau penciptaan desain. Tidak hanya akan merangsang proses produktif yang kreatif, namun hal tersebut juga meningkatkan promosi para seniman Indonesia.

UOB POY

Head of Strategic Communications and Brand UOB Indonesia, Maya Rizano, yang turut hadir sebagai narasumber menyebut Indonesia memiliki warisan seni yang kaya dan beragam.

"Karya seni yang dihasilkan, sangat menginspirasi, bisa mengangkat derajat masyarakat dan menyediakan wadah bagi seniman Indonesia menunjukkan bakat serta semangat terhadap seni," ujarnya.

Sebagai salah satu upaya memajukan seni di Indonesia, UOB telah meluncurkan kompetisi 13th UOB Painting of the Year (POY). Sebuah kompetisi karya seni yang pemenangnya bersaing dengan perwakilan dari Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam.

"Untuk Indonesia sendiri, UOB POY menyediakan hadiah sebesar Rp 55 juta. Sedangkan di tingkat ASEAN memperbutkan penghargaan UOB Southeast Asian Painting of the Year di Victoria Theatre, Singapura," lanjutnya.

Pemenang penghargaan 13th UOB POY Indonesia akan diumumkan pada 10 Oktober 2023 mendatang. Sedangkan penghargaan UOB Southeast Asian pada 8 November 2023.

Selain hadiah uang tunai, satu pemenang dari lima negara pada tahun ini juga dapat berpartisipasi dalam program residensi selama satu bulan di Fukuoka Asian Art Museum, Jepang.

"Apa yang kami sediakan ini sebagai partisipasi kami mendorong seniman memperluas wawasan dengan mengeksplorasi seni dan budaya negara tuan rumah," tutup Maya.

Read Next