logo

Kampus

Meninggal Jelang Wisuda, Fakultas Kehutanan UGM Inginkan Penelitian Dewi tentang Tokek di Hutan Kalimantan Dilanjutkan

Meninggal Jelang Wisuda, Fakultas Kehutanan UGM Inginkan Penelitian Dewi tentang Tokek di Hutan Kalimantan Dilanjutkan
Ngadinah (58) menerima ijazah sarjana milik anaknya, Dewi Sekar Rumpaka, dari Rektor UGM Ova Emilia pada upacara wisuda program sarjana dan sarjana terapan UGM, Rabu (21/2/2024). Sedangkan Jono, ayah Dewi, membawa pigura potret Dewi berukuran 40x60 cm ke atas panggung. Dewi Sekar Rumpaka adalah lulusan Fakultas Kehutanan UGM yang meninggal dunia pada 26 Januari 2024 saat menjalani perawatan usai mengalami kecelakaan. (EDUWARA/Dok. UGM)
Setyono, Kampus22 Februari, 2024 06:33 WIB

Eduwara.com, JOGJA - Dosen-dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) menginginkan skripsi almarhumah Dewi Sekar Rumpaka terkait tokek di hutan Kalimantan diteruskan kalangan akademisi lainnya.

Harapan ini disampaikan akademisi UGM saat penyerahan ijazah wisuda program sarjana dan sarjana terapan pada Rabu (21/2/2024). Dewi Sekar Rumpaka meninggal dunia pada 26 Januari 2024 saat menjalani perawatan usai mengalami kecelakaan.

Dalam proses wisuda, almarhumah diwakili kedua orang tuanya, Jono (73) dan Ngadinah (58). Mereka membawa pigura potret Dewi, anak kesayangan mereka, berukuran 40x60 cm ke atas panggung.

Ijazah Dewi diserahkan langsung oleh Rektor UGM, Ova Emilia, didampingi Dekan Fakultas Kehutanan, Sigit Sunarta. Dewi dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebesar 3,86.

“Senang sekali, dan bangga yang memberi ijazahnya Bu Rektor sendiri. Anak saya kalau tahu pasti bahagia, ya biar dia tenang di sana,” tutur sang ibu, Ngadinah.

Dewi mengalami kecelakaan dalam perjalanannya ke kampus untuk mengikuti sidang skripsi beberapa bulan sebelumnya, dan sempat keluar masuk rumah sakit untuk mendapat perawatan sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir di RSUP dr Sardjito.

Menurut orang tuanya, Dewi adalah sosok anak yang periang, jarang mengeluh, dan tekun dalam menuntut ilmu. 

"Bahkan ketika masih dalam masa pemulihan pasca kecelakaan pun, ia tetap bersemangat untuk segera mengikuti pendadaran dan menunaikan tugasnya sebagai seorang mahasiswa," lanjut ibunya.

Ngatinah dengan mata berkaca-kaca menceritakan prestasi anak keduanya itu, yang konsisten mendapat peringkat pertama ketika masih duduk di bangku sekolah dan berhasil diterima kuliah di Fakultas Kehutanan UGM melalui jalur Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu (PBUTM). 

Tidak hanya menjadi kebanggaan orang tua, Dewi juga menjadi sosok yang berarti bagi kedua saudara dan orang-orang terdekatnya.

“Dia itu seperti matahari keluarga, kalau ada dia suasana rumah jadi hangat. Kehilangan separuh nyawa lah, rumah jadi sepi, jadi pada sedih,” tutur Ngadinah.

Jurnal Ilmiah 

Orang tua Dewi mengungkapkan rasa syukur mereka bahwa perjuangan sang anak selama menjalani perkuliahan pada akhirnya membuahkan gelar sarjana.

Ngadinah berkisah bahwa Dewi sempat mengungkapkan rencananya untuk segera bekerja selepas lulus. Ia ingin mengumpulkan uang untuk membiayai studi adiknya dan membayar hutang orang tua. Setelah menunaikan janjinya tersebut, ia sendiri ingin melanjutkan studi di jenjang S2.

“Dosen-dosennya menyuruh supaya S2 dan nanti diusulkan jadi dosen, tapi dia maunya bekerja dulu,” imbuh Jono.

Meski tidak sempat mengikuti pendadaran, ia dinyatakan lulus kuliah berdasarkan rapat senat fakultas, karena dinilai memiliki rekam jejak studi yang baik.

Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta, menuturkan Dewi memang dikenal cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan terlibat dalam sejumlah penelitian yang dilakukan dosen pembimbingnya.

Skripsinya yang berjudul 'Distribusi Spasial dan Temporal Vokalisasi Tokek Hutan di Kawasan Hutan Desa Tahawa Kalimantan Tengah' memperoleh predikat A berdasarkan penilaian para penguji.

Sebagai bentuk penghargaan untuk dedikasi Dewi dalam melakukan riset, pihak fakultas berencana untuk menulis ulang skripsi yang ia susun, untuk dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. 

“Kalau boleh saya katakan bahwa ini mungkin tingkatannya sudah ada di tingkat S2, tapi ini di S1, sudah sangat-sangat bagus. Saya berharap ilmu ini bisa dikembangkan oleh teman-teman yang lainnya karena ini sangat penting dan berguna bagi masyarakat,” tutur Sigit. 

Rabu (21/2/2024), UGM mewisuda 1.577 lulusan program Sarjana dan Diploma, yang terdiri atas 1.463 orang lulusan Program Sarjana, termasuk 1 orang wisudawan berasal dari Warga Negara Asing (WNA) dan 114 lulusan Program Sarjana Terapan.

Pada upacara wisuda Program Sarjana dan Sarjana Terapan kali ini, terdapat wisudawan penerima beasiswa Bidik Misi/Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-K) sebanyak 163 lulusan, dan 45 lulusan Program Sarjana berasal dari Kabupaten di Daerah 3T. 

Rerata masa studi lulusan Program Sarjana periode ini adalah 4 tahun 3 bulan, dan waktu tercepat diraih oleh Anggita Fitri Ayu Lestari dari  Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, yang menyelesaikan studi dalam waktu 3 tahun 1 bulan 24 hari.

Sedangkan usia rata-rata lulusan Program Sarjana adalah 23 tahun 6 bulan 15 hari. Lulusan termuda program Sarjana periode ini adalah Rafidah Kemala Dewi dari Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi UGM, dengan usia 20 tahun 3 bulan 1 hari.

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata untuk lulusan Program Sarjana Periode III ini adalah 3,57. Lulusan yang berpredikat Pujian sebanyak 923 lulusan (63,09 persen), berpredikat Sangat Memuaskan sebanyak 491 lulusan (33,56 persen) dan yang berpredikat Memuaskan sebanyak 19 lulusan (1,30 persen), serta yang lulus tanpa predikat sebanyak 30 lulusan (2,05 persen).

Pada periode ini, IPK tertinggi diraih oleh Mutiara Cantika dari Program Studi Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya UGM, dengan IPK 3,99 sekaligus berpredikat Pujian.

Read Next