Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA - Generasi Z yang berusia antara 8 hingga 23 tahun, dinyatakan sebagai pengguna yang paling mendominasi dalam aktivitas di ruang digital. Saat ini, jumlah generasi Z mencapai 27,94 persen dari seluruh populasi penduduk Indonesia.
Dalam riset tentang Pemodelan Pemantauan Orang Tua pada Aktivitas Digital Anak, mahasiswa Program Doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Annissa Reginasari mengatakan peran orang tua sangatlah penting.
"Interaksi sosial di dunia siber bisa berdampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama dalam hal akses materi pembelajaran dan literasi digital serta pembentukan identitas dan koneksi sosial," kata Annissa Reginasari dalam rilis yang dilansir pada Senin (2/10/2023).
Melalui survei yang melibatkan 433 orang tua yang tinggal di Yogyakarta dan Riau, Annissa menyebut terdapat ancaman bagi anak dalam ruang digital seperti korban iklan, spam, pelacakan informasi pribadi, terlibat pengunduhan materi ilegal, dan kemungkinan terpapar konten pornografi dan perundungan siber.
"Orang tua memiliki peran sangat penting dalam melakukan pemantauan aktivitas digital anak," ulangnya.
Karena itu, Annissa menegaskan faktor kedekatan memainkan peran penting mendukung penerapan pemantauan orang tua pada aktivitas digital anak di samping berusaha membangun kedekatan dengan anak.
Menurut Annissa, kemampuan membangun kedekatan dengan anak akan membantu orang tua untuk mendapatkan informasi sukarela dari anak mengenai kegiatan anak sehari-hari, termasuk aktivitas anak di dunia digital.
"Secara operasional, orang tua perlu memberikan perhatian penuh pada saat anak bercerita tentang kegiatan daring dan luringnya, mengikuti media sosial yang dibuat anak atau dikelola orang tua dan menjaga agar interaksi daring orang tua dan anak tidak mengancam kedekatan, pembentukan kepercayaan anak pada orang tua," jelasnya.
Kepercayaan yang Holistik
Selain itu, lanjut Annissa, orang tua juga perlu untuk mengurangi konflik dengan anak agar anak bisa membangun kepercayaan yang holistik kepada orang tua dan secara terbuka mau bercerita soal pengalaman daring dan luringnya.
Anak bisa mempercayai orang tua karena anak merasa aman dan tidak dihakimi atas apapun yang mereka ceritakan pada orang tua.
"Penting bagi orang tua memberikan penerimaan positif tanpa syarat kepada anak, baik dalam konteks membangun kedekatan maupun dalam upaya melaksanakan pemantauan orang tua," katanya.
Sebagai bentuk kesuksesan relasi antara orang tua dan anak, menurut Annissa, bisa dilihat dari kesukarelaan anak bercerita pada orang tua. Dari sinilah orang tua bisa menerapkan pemantauan pada aktivitas digital terutama dengan cara pemantauan dan kesepakatan.
Relasi antara orang tua dan anak ini dibangun dengan saling menceritakan pengalaman daring dan luring saat makan malam bersama atau berkumpul saat hari libur sekolah.