Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, DEPOK – Perguruan tinggi nasional berlomba-lomba membangun rumah ibadah multi agama dalam lingkungan kampus untuk mempromosikan toleransi beragama di kalangan sivitas akademika.
Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) di Surakarta merupakan universitas pertama di Indonesia yang memiliki rumah ibadah multi agama. Tidak hanya UNS, Universitas Pancasila pun pada awal Januari 2022 ini juga mempunyai rumah ibadah bagi enam agama yang diresmikan oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Pendirian rumah ibadah multi agama ini juga melecut Universitas Indonesia (UI) untuk membangun hal serupa.
Rektor UI Ari Kuncoro mengatakan, UI yang menjunjung tinggi kebhinekaan dan memiliki 46.000 mahasiswa dari berbagai ragam agama, suku, maka pendirian rumah ibadah multi agama dapat menjadi sarana pembelajaran yang terbuka dan inklusif.
Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI) Andre Rahadian optimistis UI bisa memiliki rumah ibadah multi agama.
“Saya sudah diajak oleh Pak Jamal selaku Rektor UNS untuk melihat langsung rumah ibadah yang ada di UNS. Sarana ibadah bisa buat komunikasi dan kuatkan karakter kita sebagai anak bangsa dan bahu membah menguatkan kebhinekaan,” tutur Andre dalam webinar “Pembangunan Rumah-rumah Ibadah di Perguruan Tinggi”yang digelar Iluni UI, Sabtu (5/3/2022).
Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas menuturkan, gagasan pendirian rumah ibadah multi agama merupakan simbolis dan manifestasi kerukunan umat beragama.
Keberagaman dan perbedaan yang ada tidak mungkin dihilangkan tetapi harus dikembangkan sikap toleransi untuk menerima perbedaan.
“Toleransi tidak hanya menerima perbedaan tetapi juga memahami sumber sumber perbedaan dan menerimanya sebagai bagian integral manusia,” kata Yaqut.
Rumah Keberagaman
Sebagai salah satu universitas yang memiliki rumah ibadah multi agama, Rektor Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno menuturkan, Universitas Pancasila pada 4 Januari 2022 telah melakukan peresmian rumah ibadah multi agama yang terdiri dari Masjid At-Taqwa, Graha Layanan Kristen Protestan, Gereja Santo Petrus, Pura Widya Sartika, Vihara Dharma Sarana, Klenteng Kebajikan Agung.
“Ini dibangun secara gotong royong. Respon dari masyarakat juga sangat bagus dan juga para alumni sehingga kami tidak mengeluarkan dana terlalu banyak. UI pun jika mau membangun rumah ibadah multi agama pasti banyak yang ingin berpartisipasi,” tutur Edi Toet.
Lebih lanjut dipaparkan Edi Toet, rumah ibadah ini bisa menjadi tempat untuk membangun relasi keimanan dengan baik. “Tempat dimana kami mempererat hubungan kemanusiaan dan pesatuan serta bersikap adil bagi semua. Kami menjaga nilai-nilai Pancasila dan memiliki tanggungjawab moral dan kebangsaan. Kami ambil peran aktif menjaga dan merawat keberagaman tersebut,” papar Edi Toet.
Senada dengan Universitas Pancasila, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) di Surakarta juga memiliki rumah ibadah multi agama. UNS mempunyai Masjid Nurul Huda yang diresmikan pada tahun 1982, Gereja Katholik dan Gereja Protestan yang diresmikan pada tahun 1985, Pura Bhuana Agung Saraswati yang diresmikan pada tahun 1986, Vihara Bodhisasana yang diresmikan pada tahun 2001, Klenteng Sinar Kebajikan/ Ming De Mi yang diresmikan pada tahun 2020.
Rektor UNS Jamal Wiwoho menuturkan, UNS ini merupakan miniatur Indonesia yang didalamnya ada berbagai ragam latar belakang yang merepresentasikan Indonesia.
“Kampus perlu memperkokoh komitmen kebangsaan bersama. UNS adalah kampus yang memelopori pembangunan tempat ibadah di dalam satu kawasan di area kampus. Kami sepakat untuk saling menjaga kerukunan antar umat beragama dan ini bisa ditularkan ke kampus lainnya di Indonesia,” tutur Jamal.