Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, SOLO—Pusat Studi Disabilitas (PSD) LPPM UNS Solo menyelenggarakan Diklat Calon Pendamping Mahasiswa Disabilitas Batch 3, Rabu-Selasa (2-15/2/2022). Kegiatan itu bekerja sama dengan prodi S1 dan S2 Pendidikan Luar Biasa FKIP UNS serta Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI).
Kepala PSD LPPM UNS, Prof. Dr. Munawir Yusuf, M.Psi., mengatakan kegiatan itu bertujuan menyiapkan sukarelawan untuk mendampingi mahasiswa disabilitas di UNS. Penyipan ini berkaitan dengan UNS sebagai kampus inklusif ramah disabilitas.
"Ketika sudah lulus diklat ini, peserta nantinya menjadi pendamping mahasiswa disabilitas di fakultas masing-masing. Kalau fakultas yang belum ada pendampingnya, maka kami ambilkan dari fakultas yang masih ada kuota," tutur dia ketika diwawancarai Eduwara.com, Rabu (2/2/2022) selepas pembukaan diklat di Ruang Seminar Gedung F FKIP UNS.
Terkait dengan pendampingan, Munawir menjelaskan nantinya peserta berdialog dengan mahasiswa disabilitas. Tujuan dialog yaitu menentukan bentuk pendampingan, apakah setiap kuliah atau pada waktu tertentu.
Dia memberi contoh ketika mata kuliah yang sulit dipahami seperti Matematika, maka akan didatangi oleh pendamping.
Lebih lanjut, Munawir menjelaskan diklat itu terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas bahasa isyarat dan orientasi mobilitas. Masing-masing kelas diikuti oleh 20 mahasiswa.
"Metode pelatihan yaitu In-On-In. Pada tahap In pertama, peserta mengikuti pelatihan selama 11 hari secara tatap muka atau setara dengan 40 jam pelajaran. Kemudian On yaitu praktik di lapangan selama 47 jam pelajaran. Berarti butuh waktu kira-kira satu bulan," jelas dia.
Adapun In yang terakhir yaitu pelaporan hasil praktik lapangan dan diakhiri ujian yang setara dengan tiga jam pelajaran.
Peserta yang lulus pelatihan ini akan diberi sertifikat yang dapat direkognisi sebagai kegiatan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.
"Rekognisi setara dengan 2 SKS, yaitu 2 SKS untuk kelas Bahasa Isyarat dan 2 SKS untuk Orientasi Mobilitas. Saya berharap mahasiswa pendamping disabilitas dapat dimasukkan sebagai kegiatan asistensi mata kuliah. Hal ini menjadi penghargaan dan apresiasi bagi mahasiswa pendamping," pungkas Munawir.
Salah seorang peserta, Danang Pamarsudi Lastomo mengaku kali pertama mengikuti pelatihan itu. "Saya baru kali pertama ikut pelatihan seperti ini, karena saya mahasiswa baru. Saya berharap pelatihan ini menambah pengetahuan dan juga menjadi asisten mata kuliah," kata dia yang juga mahasiswa Pendidikan Luar Biasa semester IV itu.
Sementara itu, peserta lain yang berasal dari prodi Sastra Indonesia, Ayu Wandana mengaku tertarik dengan materi pelatihan.
"Saya kan dari fakultas lain dan tidak tahu mengenai bahasa isyarat dan orientasi mobilitas. Kalau tahu dan suatu saat tiba-tiba punya teman disabilitas, saya bisa membantu mereka," jelas dia.
Ayu berharap nantinya bisa menguasai materi dan menerapkannya di kehidupan. Sehingga tidak bagi dirinya namun bagi orang lain juga. (K. Setia Widodo)