Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Universitas Nadhatul Ulama (UNU) Yogyakarta resmi menghadirkan Pusat Studi Pancasila yang berbeda dengan kampus-kampus lainnya dengan menjadikan generasi muda sebagai fokus membumikan nilai-nilai Pancasila.
Langkah ini merupakan tindak lanjut dari program Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang terus menjaga relevansi nilai-nilai Pancasila di kalangan pemuda-pemudi Indonesia.
Kehadiran Pusat Studi Pancasila ini resmi disampaikan Rektor UNU Yogyakarta Widya Priyahita Pudjibudojo saat gelaran 'Ngabuburit Kebangsaan', pada Senin (17/4/2023). Ini menjadi agenda kolaborasi rutin tahunan antara BPIP dan UNU Yogyakarta, di mana tahun ini merupakan gelaran kedua.
"Tujuannya jelas ingin menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila. Istimewanya di tahun kedua ini kami mulai fokus pada anak muda dan ingin membumikan nilai Pancasila pada generasi milenial dan gen Z," kata Widya dalam rilis Selasa (18/4/2023).
Widya menegaskan Pusat Studi Pancasila ini didasari pada diskusi mengenai situasi era disrupsi yang mengubah pola kehidupan masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama di kalangan anak muda.
"Beragam disrupsi yang hadir di masyarakat, antara lain kemajuan teknologi yang pesat, adanya perubahan demografi penduduk, hingga ancaman pandemi," ucapnya.
Untuk itu, kata Widya, di tengah situasi era disrupsi diperlukan upaya pembinaan ideologi Pancasila secara masif dan berkelanjutan, termasuk melalui sosialisasi dan forum diskusi terbuka guna memberikan pemahaman kepada pemuda-pemudi Indonesia terhadap relevansi nilai-nilai Pancasila.
Berbeda dari berbagai Pusat Studi Pancasila di kampus-kampus lain, SATU PANCASILA akan fokus dalam membumikan nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda.
Dengan menggarap generasi muda, SATU PANCASILA akan tampil beda khas anak muda yang berani, fresh, kreatif, full of energy, energetic, fun, casual, colorful, optimis, dan up to date.
"SATU PANCASILA ingin menyatukan energi anak-anak muda untuk berkarya dan berkontribusi bagi bangsa," kata Rektor Widya.
Krisis Pemahaman Pancasila
Dalam sambutannya, Kepala BPIP Yudian Wahyudi menjelaskan acara ini menjadi upaya menyosialisasikan sekaligus membumikan nilai-nilai Pancasila ke generasi muda yang sempat mengalami keterputusan terhadap Pancasila sejak era Reformasi.
"Pada hari ini kita menghadapi berbagai tantangan, salah satunya krisis pemahaman dan pengamalan Pancasila pada generasi muda. Karena pada era Reformasi, Pancasila dipinggirkan, ada keterputusan kira-kira 25 tahun, sehingga generasi muda harus kita bidik kembali dalam pengenalan Pancasila," tutur Yudian.
Melihat kondisi itu, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Standar Pendidikan Nasional yang menjadikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib.
"Artinya, secara formal pemerintah sudah menutup ruang kosong itu dan mengembalikan Pancasila sebagai mata pelajaran dengan 30 persen teori dan 70 persen praktik dan keteladanan," katanya.
Menurut Yudian, fokus pada generasi ini penting karena anak-anak muda memiliki peran penting dalam menentukan arah bangsa.
"Kita belajar dari sejarah, Proklamasi dimotori oleh orang-orang muda. Mereka di usia dinamis tapi kemudian mempersembahkan Proklamasi," kata dia.
Selain mahasiswa dan pemuda-pemudi lintas bidang, 'Ngabuburit Kebangsaan' mengundang guru-guru Bimbingan Konseling dan/atau PPKN SMA/SMK/MA di Yogyakarta. Ini untuk memberikan pemahaman kepada guru-guru dan membuka ruang dialog untuk lebih memahami tantangan-tantangan yang dihadapi oleh anak muda.