logo

Kampus

Atasi Kelangkaan Gas LPG, Mahasiswa UNS Solo Ubah Limbah Kotoran Sapi Jadi Biogas

Atasi Kelangkaan Gas LPG, Mahasiswa UNS Solo Ubah Limbah Kotoran Sapi Jadi Biogas
Dua mahasiswa KKN UNS Kelompok 88, dibantu warga Kebakalan Kebumen, mempersiapkan wadah untuk menampung limbah kotoran sapi dan wadah untuk menampung gas hasil fermentasi. (EDUWARA/Istimewa)
M. Diky Praditia, Kampus05 April, 2022 19:42 WIB

Eduwara.com, SOLO – Mahasiswa KKN Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengubah limbah kotoran sapi menjadi biogas. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Kebakalan, Kecamatan Karanggayam, Kebumen. Kegiatan tersebut dilatarbelakangi oleh kelangkaan gas LPG serta banyaknya peternak sapi di sana.

Para mahasiswa tersebut tergabung dalam Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 88. Ketua kelompok KKN, Umar Abdul Karim dari Program Studi (Prodi) Teknik Sipil Fakultas Teknik (FT) menjelaskan bahwa program ini dilakukan karena dilatarbelakangi oleh dua hal. 

“Pertama itu dulu pas mau beli gas di sana susah. Kemudian karena waktu awal wawancara dulu ada salah satu perangkat desa bilang kalau permasalahan di Desa Kebakalan adalah banyaknya limbah kotoran sapi yang baunya hingga ke rumah-rumah warga. Dari dua hal itu, akhirnya kami merumuskan program membuat biogas ini,” jelas Umar dikutip dari siaran pers yang diterima Eduwara, Selasa (5/4/2022). 

Selain itu, kotoran sapi yang telah diolah menjadi biogas juga masih dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik sehingga tidak ada limbah yang terbuang. 

Umar juga menjelaskan bahwa bahan dasar pembuatan biogas ini adalah kotoran sapi segar yang berada di ruang terbuka kurang dari 12 jam. Hal ini dikarenakan kotoran sapi tersebut masih memiliki temperatur yang optimal 25-30 Celcius, sehingga saat dimasukkan ke dalam wadah tertutup, temperatur kotoran tersebut dapat tetap terjaga.

“Dibutuhkan dua wadah besar yang tertutup sebagai wadah kotoran sapi dan wadah untuk menampung gas hasil fermentasi. Kedua wadah tersebut dihubungkan dengan pipa yang memiliki katup untuk mencegah masuknya gas secara berlebihan. Pada kedua wadah ditambahkan keran untuk membuang lebihan gas yang ada pada kedua wadah. Dibutuhkan kotoran sapi sekitar sepertiga dari daya tampung wadah tertutup tersebut,” terang Umar.

Dalam proses pembuatan biogas yang mereka lakukan pada Minggu (6/2/2022) digunakan wadah sebesar 60 liter sehingga dibutuhkan kotoran sapi sebanyak 20 liter. Kemudian, ditambahkan air secukupnya untuk melarutkan kotoran sapi tersebut agar mempermudah proses penguraian unsur organik yang kompleks. 

Kotoran yang sudah tercampur dengan air, perlu didiamkan kurang lebih selama 14 hari dengan wadah yang tertutup rapat dan disimpan di tempat yang teduh. 

“Selama beberapa hari sekali dilakukan pengecekan pada wadah untuk memastikan bahwa proses fermentasi berjalan dengan baik. Keran pada wadah juga perlu dibuka sedikit saat pengecekan untuk mengurangi gas yang sudah berlebih. Keran cukup dibuka sedikit dan sebentar saja. Setelah 14 hari, dilakukan uji coba dengan menyambungkan keran di wadah gas pada selang yang ditujukan untuk kompor,” jelasnya.

Read Next