logo

Kampus

Budi Daya Kepiting Teknik Crab Ball Dikembangkan di Pantai Bantul

Budi Daya Kepiting Teknik Crab Ball Dikembangkan di Pantai Bantul
Mahasiswa UNY menunjukkan teknik crab ball dalam pembudidayaan kepiting bakau di Pantai Baros, Bantul. Oleh Kemendes PDTT, UNY ditunjuk sebagai pendamping pengembangan masyarakat pesisir. (EDUWARA/Dok. Humas UNY)
Setyono, Kampus14 Februari, 2022 19:44 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) bersama Pusat Pengembangan Daya Saing (Pusdaing) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menerapkan teknologi crab ball untuk peningkatan komoditas kepiting bakau (Scylla serrata). 

Hutan bakau Pantai Baros di Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi lokasi uji coba teknologi ini.

"Kepiting bakau salah satu jenis komoditas perikanan yang potensial dibudidayakan. Kepiting bakau banyak dijumpai di perairan payau yang ditumbuhi tanaman mangrove," Dosen UNY Tri Atmanto, Senin (14/2/2022).

Dalam paparannya, Tri menjelaskan teknik crab ball adalah pengembangan kepiting dari bibit hingga siap panen dalam satu wadah. Keunggulan crab ball adalah mengurangi persaingan dalam mencari makanan bagi kepiting sehingga dapat lebih gemuk.

"Selain itu, pembudidayaan crab ball dapat menjadi obyek wisata budi daya kepiting karena satu crab ball hanya diisi satu ekor kepiting," ujarnya.

Lurah Tirtohargo Sugiyamto mengatakan, sebelum ada bantuan kerjasama dari UNY warga Baros mencari kepiting menggunakan jaring atau jebakan secara tradisional namun hasilnya kurang maksimal karena bersifat musiman.

"Lebih untung dengan budi daya kepiting ini, melalui crab ball," kata Sugiyamto.

Program yang diinisiasi Karang Taruna Baros ini telah menghasilkan kepiting dengan jumlah empat ekor setiap kilogram. Sugiyamto berharap, ke depan panen kepiting dapat mencapai jumlah dua atau satu ekor tiap kilogram.

Koordinator Bumdes Trihanggo Setiyo memaparkan, crab ball dapat memenuhi kebutuhan lokal kepiting karena dukungan lingkungan seperti muara Sungai Opak-Oya yang mengalami pasang saat musim kemarau, di mana ini adalah saat terbaik memanen kepiting.

"Pengalaman kami, penempatan crab ball harus pada perairan payau yang teraliri pasang surut air laut. Bila lokasi itu terhambat aliran airnya maka perlu dilakukan penghilangan hambatan. Air harus tetap dijaga keluar masuk area budi daya dengan lancar," katanya.

Kepala Pusdaing Kemendes PDTT Helmiati mengatakan, budi daya kepiting menggunakan crabball yang berhasil baik dan dapat menjadi rujukan.

"Pusdaing dapat memberi rekomendasi untuk memberikan locus bagi pemerintah daerah yang membutuhkan," katanya.

Pada tahun 2022 ini Pusdaing akan kembali menggandeng UNY untuk memberdayakan desa-desa yang mempunyai potensi lain dan sesuai kebutuhan masyarakat, namun tidak menutup kemungkinan kerjasama di bidang kepiting untuk dapat memberi nilai tambah bagi kepiting yang dihasilkan.

Menurutnya, di Pusdaing ada empat hal yang dapat menjadi indikator kinerja utama (IKU) yaitu kreativitas dan inovasi, teknologi tepat guna, teknologi tinggi serta teknologi digital. Hermiati berharap ada banyak ide baru dari UNY dalam kerjasamanya dengan Pusdaing pada tahun ini. 

Read Next