logo

Kampus

Cegah Stunting, FIK UMS Latih Kader Posyandu Desa Krajan Sukoharjo

Cegah Stunting, FIK UMS Latih Kader Posyandu Desa Krajan Sukoharjo
FIK UMS menyelenggarakan pelatihan pencegahan stunting bagi petugas Posyandu di Desa Krajan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, beberapa waktu lalu, di desa setempat. (EDUWARA/UMS)
Redaksi, Kampus07 Juli, 2022 23:13 WIB

Eduwara.com, SUKOHARJO – Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (FIK UMS) memberikan pelatihan pencegahan stunting kepada para petugas Pos Pelanyanan Terpadu (Posyandu) di Desa Krajan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. 

Pelatihan digelar di Posyandu Desa Krajan, baru-baru ini. Pemilihan Desa Krajan sebagai tempat pelatihan lantaran desa tersebut memiliki persentase stunting tertinggi di Sukoharjo.

Ketua Tim, Irdawati mengatakan total anak stunting di Kecamatan Gatak mencapai 9,5 persen. Angka tersebut merupakan angka tertinggi di wilayah Sukoharjo. Dari total persentase tersebut, 11,65 persen di antaranya berada di Desa Krajan, Sukoharjo.

“Kami memilih Desa Krajan untuk diberikan pelatihan stunting,” ujar Irdawati seperti dilansir Eduwara.com, Kamis (7/7/2022) dari laman resmi UMS.

Dia menambahkan, kegiatan pelatihan merupakan bagian dari Program Hibah Integrasi Tri Dharma Perguruan Tinggi UMS dalam hal pengabdian kepada masyarakat. Tujuan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan kader kesehatan dalam hal mendeteksi kejadian stunting.

Menurut Irdawati, stunting merupakan kondisi ketika tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan anak-anak lain seusianya, atau dengan kata lain, tinggi badan anak berada di bawah standar. Karena itu, perlu dilakukan pencegahan stunting agar anak bisa tumbuh normal.

Untuk memberikan pelatihan itu, Irdawati dibantu para dosen dari Fakultas Ilmu Kesehatan UMS seperti Siti Arifah, Yuli Kusumawati, Abi Muhlisin, Siti Zulaikah serta delapan mahasiswa FIK UMS. Dalam pelaksanaannya, FIK UMS berkolaborasi dengan Puskesmas di Kecamatan Gatak, Sukoharjo.

Kader kesehatan, kata Irdawati merupakan sukarelawan dari masyarakat yang bertugas di Posyandu. Pelatihan menjadi hal sangat penting bagi para kader kesehatan lantaran di Posyandu mereka bertugas untuk meningkatkan gizi balita dan penimbangan berat badan. Setelah diberi pelatihan, tugas mereka ditambah dengan pengukuran tinggi badan. 

Pelatihan juga menjadi hal sangat penting bagi para kader kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan deteksi dini penderita stunting dan bagaimana mengatasinya. 

Kartu Tinggi Sehat

Seperti diketahui, anak dikatakan stunting jika tinggi badan anak itu -2SD sampai -3SD. Cara mendeteksinya, tinggi badan anak diukur lalu hasil ukurnya itu tulis di Kartu Tinggi Sehat. 

Kartu Tinggi Sehat adalah kartu yang didesain oleh Irdawati untuk mendeteksi stunting. Di dalam kartu itu ada grafik yang menjadi tolok ukur apakah anak itu masuk dalam kategori stunting atau tidak. Para kader kesehatan di Posyandu tersebut dilatih tentang cara mengukur dan membaca grafik. 

Irdawati menegaskan, pendeteksian stunting tidak bisa dilakukan hanya sekali saja. Pengukuran tinggi badan anak balita harus dilakukan secara rutin setiap bulan.

“Sehingga nantinya akan diketahui tinggi badan sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai maka bisa diberikan stimulus atau rangsangan kepada anak, sekaligus edukasi kepada orang tua agar memberikan gizi yang sesuai kebutuhan sehingga kejadian stunting bisa dihindari,” ujar dia.

Irdawati menambahkan, setelah selesai pelatihan, para kader kesehatan tidak akan dibiarkan begitu saja.

“Kami dari FIK UMS tetap melakukan peninjauan ke lokasi untuk melihat perkembangan para kader kesehatan dalam bertugas,” pungkas dia. (K. Setia Widodo/*)

Read Next