logo

Kampus

Desa Panggungharjo di Bantul Siap Sambut 36 Mahasiswa Magang Lintas Kampus

Desa Panggungharjo di Bantul Siap Sambut 36 Mahasiswa Magang Lintas Kampus
Sebagian mahasiswa program magang kerja mendapatkan penjelasan mengenai produk daur ulang sampah di TPS3R KUPAS Panggungharjo, Senin (19/9/2022). Selama tiga bulan ke-36 mahasiswa se-Indonesia ini akan memetakan potensi dan masalah untuk kemudian melahirkan inovasi penyelesainnya. (Eduwara/Setyono)
Setyono, Kampus19 September, 2022 16:25 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Sebanyak 36 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi  dalam tiga bulan ke depan akan melaksanakan magang kerja di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang termasuk dalam skema Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

Lewat pembelajaran langsung di lapangan, di akhir program mereka dituntut menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi desa dan masyarakatnya.

Kepala Desa Panggungharjo Wahyudi Anggoro Hadi menyambut gembira kehadiran ke-36 mahasiswa yang difasilitasi oleh sebuah perusahaan di DIY ini. Menurutnya ada beberapa hal yang nantinya akan dilakukan oleh mahasiswa itu sejak Senin (19/9/2022).

"Mereka akan mempelajari empat hal selama di sini yaitu bentang alam, bentang sosial seperti ekonomi dan demografi kependudukan. Kemudian ada penguatan potensi lokal yang yang didasarkan pada potensi flora dan fauna," katanya.

Adapun, di bidang terakhir, para mahasiswa nanti diminta untuk memetakan peran tokoh atau anggota masyarakat lokal yang memahami kebudayaan asli dengan tujuan pendokumentasian.

Dari empat bidang itu, Wahyudi mengatakan mahasiswa magang ini kemudian dibagi dalam tiga program kerja yaitu pengembangan teknologi informasi, pengelolaan sampah desa, dan pengembangan kebudayaan lewat balai budaya Karang Kitri.

"Kenapa pengelolaan sampah kita tawarkan ke mereka. Sebab ini adalah masalah nyata yang akan mereka hadapi di masyarakat. Kita berharap dengan pembelajaran ini, mereka nanti akan minimal menduplikasi atau mengembangkan konsep yang kita jalankan sekarang," jelasnya.

Dalam pengelolaan sampah, Desa Panggungharjo selama ini menjadi inisiator pengelolaan sampah mandiri oleh desa dan menjadi rujukan di Bantul maupun se-DIY.

Lewat Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce dan Recycle (TPS3R) Kelompok Usaha Pengelola Sampah (KUPAS) Panggungharjo setiap harinya mereka mengolah sampah sebanyak 30 ton.

Bertepatan dengan kunjungan lapangan ke TPS3R KUPAS, para mahasiswa juga diperkenalkan dengan aplikasi pengambilan sampah 'Pasti Angkut'. Sebuah aplikasi pengambilan sampah yang bertujuan mengajak konsumennya untuk memilah sampah dengan pemberian benefit tertentu.

"Selain di nantinya bekerja di kelurahan, para mahasiswa ini akan kita ajak bersama-sama mengolah sampah. Saya kira ini akan memberi sudut pandang baru pada mereka tentang prospek sampah dari sisi ekonomi maupun ekologi," kata Wahyudi.

Mahasiswa semester lima Sekolah Tinggi Teknologi Bandung Kevin Rahadbao memaparkan konsep MBKM dengan magang kerja di lapangan menurutnya adalah pengalaman baru dan upaya mengenal sejak dini dunia kerja.

Dalam proses keikutsertaannya, Kevin menuturkan usai mendaftar via online yang syaratnya seperti melamar kerja. Dirinya dan 35 rekannya kemudian diarahkan ke PT Tri Sakti Pilar Persada yang berkedudukan di DIY. Lewat perusahaan ini barulah mereka diarahkan ke lokasi pemagangan.

"Kami sebenarnya ada 100 mahasiswa, namun disalurkan perusahaan ke tiga desa terpisah. Di program ini selain melaporkan kegiatan harian, mingguan, kami di akhir program juga dituntut untuk menghasilkan inovasi untuk masalah yang ditemukan di lapangan," jelas Kevin yang sudah ada di semester lima.

Selama mengikuti program tiga bulan penuh, dari September sampai Desember nanti, Kevin menyebut semua peserta mendapatkan subsidi biaya hidup dari pemerintah senilai Rp2,8 juta sebulan.

Mahasiswi dari ISI Yogyakarta, Fajar Suratikasih menuturkan kendala yang sering dihadapi untuk mengikuti program MBKM adalah persoalan administrasi dalam hal ini kelengkapan surat pendukung yang dipersyaratkan Kemendikbud Ristek.

"Dari beberapa teman, mereka kesulitan masuk program. Saya kira mungkin kurang ketelitian dalam hal administrasi yang saya kira sama seperti ketika nanti melamar kerja," ungkap mahasiswi Fakultas Media Rekam semester tujuh ini.

Namun sebagai program baru, dirinya menilai hal itu wajar saja dan baginya harus dilakukan pembaruan sistem agar memudahkan mahasiswa untuk mengakses.

"Di aplikasi MBKM setiap peserta mendapatkan empat pilihan perusahaan untuk magang. Jika satu sudah ada kecocokan, maka yang lain harus ditinggalkan. Itu yang saya kira sangat perlu diperhatikan rekan-rekan yang akan ikut program ini," tuturnya.

Read Next