Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Para siswa kelas VII MTsN 8 Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta selama kegiatan Pesantren Ramadhan mendapatkan keterampilan baru yaitu pembuatan ketupat.
Ketua kegiatan Pesantren Ramadhan MTsN 8 Sleman Daniel Arief Budiman pembelajaran dan pemberian materi pembuatan ketupat ke siswa sebagai upaya mengenalkan kearifan lokal dan upaya pelestarian budaya.
"Ketupat diperkenalkan pertama kali dikenalkan Sunan Kalijaga di abad ke-15 dengan filosofi penuh makna, merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat," tutur Daniel pada Rabu (6/4/2022).
Oleh masyarakat, ketupat menjadi filosofi yang melambangkan budaya dan tradisi Nusantara serta memiliki keterkaitan dengan penyebaran Islam di Indonesia.
"Karenanya Ketupat juga menjadi simbol perayaan hari raya Idul Fitri pada masa kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah," tambah guru pengampu mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam itu.
Pelatihan ini diberikan ke siswa di masing-masing kelas didampingi wali kelas serta guru pegawai yang mahir dalam membuat anyaman ketupat.
Kepada para siswa, para guru yang mengajarkan pembuatan ketupat juga menjelaskan bahwa dalam bahasa Jawa Ketupat menjadi simbol pengakuan Ngaku Lepat adalah mengakui kesalahan dan Laku Papat.
"Ngaku lepat diimplementasikan dalam bentuk sungkeman di hadapan orang tua. Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun. Ngaku lepat juga berbentuk saling mengakui dan memaafkan kesalahan satu sama lain," jelas Daniel.
Adapun, laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan lebaran yaitu Lebar artinya seseorang akan bisa terlepas dari kemaksiatan. Lebur artinya lebur dari dosa. Luber artinya luber dari pahala, keberkahan, dan rahmat Allah SWT, sementara labur artinya bersih.
Kepala MTsN 8 Sleman Jazim Kholis menginginkan melalui kegiatan para anak didik mempunyai bekal keterampilan yang dapat dipraktekkan dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.
"Melalui kegiatan yang bermakna, harapan kami para siswa mampu mempraktekkan di rumah masing – masing sebagai upaya melestarikan budaya sekaligus mengingatkan betapa mulia dan bijaksana leluhur bangsa ini," harap Jazim.