logo

Kampus

Ditantang Ayahnya, Mahasiswa UGM Ciptakan Larutan Penetral Bau Air Sampah

Ditantang Ayahnya, Mahasiswa UGM Ciptakan Larutan Penetral Bau Air Sampah
Mahasiswa Fakultas Biologi UGM Yogyakarta Raina Nura Anindhita berhasil menciptakan larutan khusus penghilang bau air lindi yang dihasilkan dari sampah yang dinamakan 'Eco Lindi'. (UGM)
Setyono, Kampus03 Juni, 2022 16:02 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Memenuhi tantangan bapaknya, mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Raina Nura Anindhita berhasil menciptakan larutan khusus penghilang bau air lindi yang dihasilkan dari sampah.

"Ini sebagai jawaban atas tantangan dari ayah saya saat menjabat Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo, Jawa Timur. Beliau menantang saya ikut mencari solusi atas persoalan sampah di TPA [Tempat Pembuangan Akhir], terutama mengatasi bau sampah," kata Raina saat jumpa pers, Jumat (3/5/2022).

Di depan para wartawan, dia menyatakan ketertarikannya membantu penyelesaian masalah pencemaran bau air lindi karena ini adalah masalah yang jamak ditemui di semua wilayah yang belum bisa mengatasi persoalan sampahnya.

"Tidak hanya menimbulkan bau tidak sedap, air lindi juga membahayakan lingkungan dan bisa berdampak kesehatan jika tidak diolah dengan benar," jelasnya.

Bernama 'Eco Lindi', formula larutan yang dihasilkan Raina mampu menetralkan bau sampah.

Dalam paparannya, 'Eco Lindi' dibuat dari air lindi dicampur dengan sisa air tebu (molase), asam sulfat, dan katalis organik. Di prosesnya, air lindi, molase, asam sulfat dan katalis dicampur dalam satu wadah kedap udara atau tangki.

Usai penyimpanan selama 24 jam, larutan yang sudah dihasilkan ini disemprotkan ke timbunan sampah. Dalam waktu kurang dari 10 menit eco lindi akan bereaksi menetralkan bau sampah.

"Hasilnya bisa menghilangkan bau tak sedap sampah dengan reaksi sekitar 3-10 menit setelah disemprotkan ke sampah. Untuk produksinya, dalam uji coba dalam sehari mampu menghasilkan 10.000 liter Eco Lindi," terangnya.

Dari uji coba di lapangan, Eco lindi dianggap mengatasi persoalan bau di tempat pembuangan akhir (TPA) dan lingkungan pasar. Selain itu juga di peternakan, karena formula ini dinyatakan aman untuk ternak.

"Formula ini dapat diaplikasikan di semua limbah yang memproduksi bau selain itu juga bisa digunakan sebagai pupuk," tuturnya.

Sebelumnya, dalam proses penetralan bau dan komposting yang biasa dilakukan memerlukan waktu sekitar 6-8 minggu. Raina ditantang ayahnya mempersingkat waktu menghilangkan bau dan setelah melalui diskusi dan berbagai kajian akhirnya ketemulah formulasi eco lindi ini.

Inovasi yang dikembangkan Raina ini tidak hanya memberikan alternatif solusi dalam mengatasi persoalan lingkungan, namun juga berhasil menyabet penghargaan Trash Control Heroes dari Bupati Sidoarjo Ahmad Mudlor.

Read Next