logo

Kampus

Dunia Pendidikan Harus Optimalkan Bonus Demografi

Dunia Pendidikan Harus Optimalkan Bonus Demografi
Prosesi pengukuhan 2.143 peserta pendidikan profesi guru FKIP UMM, Minggu (13/3/2022) lalu. (UMM)
Fathul Muin, Kampus18 Maret, 2022 17:03 WIB

Eduwara.com, MALANG—Dunia pendidikan harus mampu merespon bonus demografi dengan keberhasilannya mencetak sumber daya manusia (SDM) unggul.

Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Fauzan menegaskan  saat ini Indonesia memasuki era bonus demografi karena warga usia produktif jumlahnya jauh lebih besar ketimbang yang tidak produktif. Dunia Pendidikan harus menangkap ini sebagai sebuah peluang dalam menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang unggul.

"Tentu ini hanya bisa terwujud melalui pembelajaran bermakna yang berasal dari guru-guru profesional yang kreatif, inovatif, dan visioner," katanya, saat memberikan pidato pada pengukuhan  2.143 peserta pendidikan profesi guru Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM, belum lama ini.

Dia menilai, keberadaan guru profesional memiliki posisi urgen dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.

"Oleh karenanya, pemerintah memiliki kebijakan Pendidikan Profesi Guru ini untuk melahirkan guru profesional yang memiliki tanggung jawab agar anak-anak bisa hidup pada masanya," katanya 

Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Iwan Syahril mengapresiasi upaya-upaya konkret UMM, utamanya dalam telah memfasilitasi dan memastikan calon pendidik Indonesia mendapatkan input keilmuan yang baik.

"Semoga UMM dapat senantiasa menghadirkan pendidik masa depan dengan semangat dan daya juang dalam mejalani profesi mereka. Mari bersama-sama saling bahu membahu untuk memajukan pendidikan Indonesia," ungkapnya.

Dekan FKIP UMM Trisakti Handayani, mengatakan untuk bisa dinyatakan sebagai pendidik professional, mahasiswa harus melalui perjuangan panjang.  Sebelum dinyatakan lulus, peserta telah menempuh pendidikan terlebih dahulu, mulai dari rentang waktu tiga bulan hingga satu tahun.

"Di sini, mahasiswa mengikuti lima tahapan pembelajaran, yakni pendalaman materi profesional dan pedagogik, analisis materi ajar, penyusunan perangkat pembelajaran, dan praktik pengalaman lapang di sekolah asal masing-masing. Kemudian baru bisa mengikuti beragam ujian," ungkap Trisakti.

Dia berharap, para lulusan dapat mengimplementasikan ilmu yang telah diperolehnya dengan melaksanakan pembelajaran abad 21. Dengan begitu, guru bisa mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan teknologi.

Read Next