Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JAKARTA – Edukasi Penanganan Sampah Plastik (EPSP) diharapkan menjadi salah satu solusi yang bisa diterapkan dalam pendidikan sejak usia dini untuk membantu mengatasi permasalahan lingkungan.
EPSP diperlukan untuk meningkatkan pemahaman hingga timbulnya kesadaran yang dapat dibuktikan dengan aksi mengurangi penumpukan sampah plastik dengan mengubah sampah plastik menjadi material atau barang yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup.
Demikian dikatakan Ketua OASE-KIM Bidang 1, Franka Makarim ketika membuka kegiatan Webinar Eduaksi Penanganan Sampah Plastik pada Anak Usia Dini di Satuan PAUD, Rabu (21/12/2022).
Franka mengatakan, penanaman dan pembentukan karakter baik dan positif bagi anak usia dini selayaknya dipraktikkan secara terpadu di lingkungan terdekat anak, baik itu di lingkungan rumah, lingkungan sekolah maupun di masyarakat.
"Hal tersebut juga berlaku dalam penanaman perilaku sadar dan bijak terhadap sampah, yang idealnya dilakukan sedini mungkin, hingga pada akhirnya membentuk pelajar yang sadar dan bijak terhadap sampah dan lingkungan," ujar Franka Makarim seperti dilansir Eduwara.com, Jumat (23/12/2022), dari laman Direktorat PAUD.
Franka melanjutkan, pembiasaan dan penanaman perilaku bijak sampah di lingkungan sekolah dapat dilakukan melalui perancangan pembelajaran dan juga perancangan lingkungan budaya dan kebiasaan di sekolah, dan hal ini sejalan dengan konsep Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021, saat ini jumlah volume sampah Indonesia mencapai 18 juta ton. Sementara yang baru terkelola secara baik sebanyak 73 persen atau 13,2 juta ton sampah. Hal itu disebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang manajemen pengelolaan limbah dan sampah.
"Sehingga sampai hari ini masih banyak di antara kita yang membuang sampah sembarangan, tidak melakukan pemilahan sampah atau bahkan kurang produksi sampah yang kita hasilkan sehari-hari terus menumpuk. Tapi bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengubah situasi ini kita memiliki tugas untuk mendorong anak-anak kita menjadi pelajar Pancasila yang memiliki kesadaran lingkungan dengan perilaku positif," ujar Franka.
Dikatakan, dalam mengelola sampah perlu ditanamkan sedini mungkin pemahaman, kesadaran dan kepedulian sehingga menjadi kebiasaan yang dilakukan anak sejak kecil sampai dewasa dalam memperlakukan sampah secara tepat.
Konsep 3R
"Mulai hari ini kita harus mendorong anak usia dini untuk menerapkan edukasi penanganan sampah plastik secara optimal di satuan PAUD. Salah satu konsep penting yang perlu diajarkan kepada anak yakni mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang atau recycle adalah upaya untuk mengurangi penggunaan produk atau aktivitas yang menggunakan sampah plastik," papar dia.
Dalam pembelajaran di satuan pendidikan PAUD, lanjut Franka, perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa sampah tersebut berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Siswa harus diajarkan tindakan apa saja yang dapat kita lakukan untuk menguranginya. Untuk menggunakan kembali dalam pembelajaran anak usia dini kita harus menghindari penggunaan plastik sekali pakai dan menggunakan kembali barang plastik yang masih bisa digunakan.
"Untuk mendaur ulang, kita ajarkan anak untuk berkreasi menghasilkan barang yang berguna dari sampah plastik yang ada di sekitarnya. Kita perlu memberikan contoh dan panutan baik bagi anak kita mulai dari perilaku kita sehari-hari. Perlu didorong sedini mungkin cara-cara dan ajakan yang menyenangkan," tukas dia.
Oleh karena itu, Franka berharap seluruh peserta webinar dapat mengambil pelajaran dari materi yang akan disampaikan oleh narasumber dan juga praktik baik sebagai bekal untuk mewujudkan edukasi penanganan sampah plastik yang efektif dan berkelanjutan. (K. Setia Widodo/*)