Eduwara.com, JOGJA -- Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berharap bisa menggelar perkuliahan tatap muka (PTM) secara bertahap pada Februari 2022. Perkuliahan secara daring dinilai tidak memiliki sistem penilaian yang sesuai kompetensi.

Hal ini disampaikan Rektor UGM Panut Mulyono usai menghadiri Nitilaku 2021 yang digelar secara hybrid pada Sabtu (18/12/2021) di UGM.

"Kita tetap mewaspadai penyebaran Covid-19 varian Omnicron dalam perkuliahan campuran yang sudah digelar sejak 18 Oktober lalu dan pelaksanaan ujian semester secara luring," katanya.

• Peneliti Bidang Sosial Harus Memiliki Pribadi ‘Kepo’
• UMM Tawarkan Hotel dan Kafe Kontainer kepada Wisatawan
• UMM - Universidade Evangelica Brazil Jalin Kerja Sama di Bidang Penelitian

Pihaknya saat ini masih terus berpikir dan berusaha agar bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka pada Februari nanti bisa digelar.

Menurutnya, pembelajaran tatap muka jauh lebih penting dibandingkan daring. Pasalnya, dari berbagai diskusi pembelajaran daring terlihat seolah-olah penyampaian ilmu atau materi gampang tersampaikan. Namun apakah betul ilmu tersebut sudah ditransfer dengan baik.

"Buktinya ujian, kita tidak bisa menerapkan secara daring penuh. Sebab kita belum memiliki sistem yang bagus dan bisa dipercaya," ucapnya.

Selain untuk mengukur tingkat kompetensi, ujian harus digelar luring sebab jika dilaksanakan secara daring ada dugaan munculnya ketidakjujuran dari mahasiswa.

Panut melihat ujian secara daring memberikan peluang kemungkinan kerjasama antar mahasiswa. Jika ini yang terjadi, bagaimana sistem pengukuran hasil pekerjaan sesuai dengan kompetensi yang bersangkutan.

• UMM - Universidade Evangelica Brazil Jalin Kerja Sama di Bidang Penelitian
• UMM Tawarkan Hotel dan Kafe Kontainer kepada Wisatawan
• Peneliti Bidang Sosial Harus Memiliki Pribadi ‘Kepo’

Februari nanti, Panut menginginkan proses kuliah tatap muka ditingkatkan persentasenya secara bertahap hingga 100 persen. Jika saat ini perkuliahan daring mencapai 70 persen, ke depan kuliah daring dikurangi hingga 40 persen.

"Saat ini yang luring masih 30 persen dan kebanyakan adalah jurusan saintek. Sedangkan untuk jurusan humaniora dan sosial masih menyelesaikan semester ini secara daring," ucapnya.