logo

Kampus

Hizbul Wathan UMS Ajak Generasi Muda Tangani Deforestasi dan Perubahan Iklim

Hizbul Wathan UMS Ajak Generasi Muda Tangani Deforestasi dan Perubahan Iklim
Ketua Kwartir Pusat Hizbul Wathan, Endra Widyarsono, membuka secara simbolis acara Seminar Nasional berjudul Dilema Deforestasi dan Iklim, Generasi Muda Bisa Apa? yang diselenggarakan oleh Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) Kafilah Penuntun Moh. Djazman UMS Solo, Minggu (30/1/2022) di Auditorium Moh. Djazman, Kampus I UMS Solo. (Eduwara.com/K. Setia Widodo)
Redaksi, Kampus01 Februari, 2022 06:19 WIB

Eduwara.com, SUKOHARJO—Indonesia memiliki tantangan terkait tren lingkungan global yaitu mengurangi energi fosil yang diganti dengan energi baru terbarukan. Selain itu ada reduksi konsumsi energi, perubahan iklim, masalah sampah, dan keanekaragaman hayati.

Mengenai hal itu, hutan berperan sebagai sumber energi terbarukan, sumber ekonomi hijau, ruang terbuka hijau untuk mencegah hidrologi, dan sumber plasma nutfah dan keanekaragaman hayati.

Demikianlah paparan peran hutan dalam tantangan lingkungan oleh Kepala Pusat Data dan Informasi Sekretariat Jendral Kementrian Lingkungan Hidup Dr. Ir. Mahfudz, M.P, dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) Kafilah Penuntun Moh. Djazman UMS Sukoharjo, Minggu (30/1/2022).

Seminar yang berjudul Dilema Deforestasi dan Iklim, Generasi Muda Bisa Apa? tersebut diselenggarakan secara hybrid yang bertempat di Auditorium Mohammad Djazman, Kampus I UMS Solo.

Dalam kesempatan itu, Mahfudz juga menjelaskan salah satu program Kementrian Lingkungan Hidup yang ditujukan kepada anak muda yaitu green leadership.

"Green leadership kami tujukan kepada anak-anak muda. Kami bekerja sama dengan Walhi untuk membuat sekolah lingkungan. Kegiatan ini memberikan kepemimpinan dengan wawasan lingkungan kepada anak muda. Untuk tahun ini kami akan membukanya lagi," jelas dia.

Aktivis Lingkungan

Ketua Pelaksana, Febri Bekti Pangestu atau biasa disapa Rakanda Febri mengatakan acara itu merupakan acara puncak dari rangkaian milad (ulang tahun) ke-12 Hizbul Wathan UMS.

"Sebelum seminar ini, ada beberapa kegiatan yaitu lomba artikel ilmiah, clean up kampus I dan II UMS, kemudian family gathering HW UMS," kata dia ketika diwawancarai Eduwara.com di sela-sela acara.

Terkait judul yang dipilih dalam seminar, Rakanda Febri mengatakan diambil berdasarkan capaian dan tujuan HW UMS periode 2022 yaitu sosial dan lingkungan.

Setelah rangkaian acara itu, Hizbul Wathan UMS Solo nantinya akan menyelenggarakan Sekolah Konservasi. Kegiatan tersebut merupakan tujuan utama dari program kerja periode 2022.

"Nantinya kegiatan tersebut tidak hanya diikuti oleh HW UMS Solo, namun juga komunitas-komunitas yang bergerak di bidang lingkungan seluruh Jawa Tengah," tambah dia.

Seminar Nasional berjudul Dilema Deforestasi dan Iklim, Generasi Muda Bisa Apa? yang diselenggarakan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) Kafilah Penuntun Moh. Djazman UMS Solo, Minggu (30/1/2022), di Auditorium Moh. Djazman, Kampus I UMS Solo. (Eduwara.com/K. Setia Widodo)

 

Selain dihadiri Ketua Kwartir Pusat Hizbul Wathan, Endra Widyarsono; Ketua PP Muhammadiyah, Dahlan Rais; seminar itu juga menghadirkan perwakilan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Abdul Ghofar dan Founder and Director ALBITEC, Falasifah, S.Si., selaku pemateri.

Abdul Ghofar menjelaskan partisipasi generasi muda dalam gerakan keadilan iklim. Menurut dia, sudah saatnya pemuda mengawali kebangkitan gerakan sadar iklim.

"Ada kutipan menarik dari aktivis iklim global bernama Greta Thunberg yaitu jangan merasa kecil untuk membuat perbedaan. Jika pemerintah dan kepala negara tidak berkontribusi dalam kampanye perubahan iklim, maka anak muda yang harus lebih keras menyuarakan kepada mereka," jelas dia.

Sementara itu, Falasifah memaparkan pemuda bisa melakukan hal-hal kecil untuk pengurangan perubahan iklim dari diri sendiri terlebih dahulu.

"Dulu saya memulai dengan gerakan zero waste. Setelah daru Rote dan mendirikan komunitas, saya bingung. Kemudian melihat peluang dengan memisahkan botol air mineral, akhirnya bisa membiayai komunitas dan memberdayakan masyarakat," jelas dia.

Di sisi lain, salah seorang peserta, Ahmad Syaifudin mengutarakan acara itu memberi kesadaran dan pemahaman menjaga lingkungan.

"Adanya seminar ini, saya sebagai peserta bisa sadar dan memahami perubahan iklim dunia. Melihat dari data-data pemateri tentang kenaikan iklim, maka deforestasi sangat berbahaya," kata dia yang juga mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah semester akhir itu.

Dia berharap acara tersebut bisa menggugah kesadaran untuk melestarikan hutan dengan menanam di daerah masing-masing. Sehingga mengurangi deforestasi dan krisis iklim. (K. Setia Widodo)

Editor: Riyanta

Read Next