logo

Kampus

Indonesia Dorong Komitmen Pemulihan Pendidikan di Kawasan Asia Pasifik

Indonesia Dorong Komitmen Pemulihan Pendidikan di Kawasan Asia Pasifik
Pertemuan Tahunan ke-47 Asia-Pasific for Economic Coorperation Human Resources Development Working Group di Bangkok, Thailand (APEC HRDWG) Senin-Kamis (9-12/5/2022). (EDUWARA/Kemendikbudristek)
Redaksi, Kampus17 Mei, 2022 21:03 WIB

Eduwara.com, JAKARTA – Kelompok Kerja Pengembangan Sumber Daya Manusia (Human Resources Development Working Group/HRDWG) dalam forum kerja sama Asia-Pacific for Economic Cooperation (APEC) terus berkomitmen untuk memulihkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kawasan Asia Pasifik. 

Komitmen itu tertuang dalam pertemuan tahunan ke-47 APEC HRDWG yang dilaksanakan secara hibrida pada Senin-Kamis (9-12/5/2022) di Bangkok, Thailand. Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Anindito Aditomo, yang juga sebagai focal point APEC HRDWG Indonesia, ikut hadir dan berperan aktif bersama 20 anggota ekonomi APEC lainnya.

Pada keketuaan 2022, dalam bidang pendidikan, Thailand mengambil tema Shaping Smart Citizens with Digitalization and Eco-Friendly Awareness. Tema tersebut sejalan dengan amanat dari para pemimpin APEC melalui APEC Bogor Goals, APEC Putrajaya Vision 2040, dan Aotearoa Plan of Action. 

Selain itu, tema tersebut diusung untuk mendukung tema besar APEC 2022, yakni Open, Connect, Balance. Melalui tema tersebut para anggota ekonomi didorong untuk memetakan potensi masa depan pascapandemi Covid-19

Saat ini APEC sedang terus bergerak untuk bangkit dari krisis kesehatan dan ekonomi akibat pandemic. Sehingga APEC perlu menggagas dan mewujudkan pertumbuhan jangka panjang yang tangguh, inklusif, seimbang, dan berkelanjutan untuk kawasan Asia Pasifik.

Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, memberikan pernyataan resmi melalui video yang ditayangkan dalam forum tersebut bersama para Menteri Pendidikan anggota ekonomi APEC. Menurut dia, pertemuan itu sangat berperan penting untuk mendukung upaya bersama dalam memulihkan pembelajaran dan reimagine masa depan pasca Covid-19.

Nadiem menyampaikan pula bahwa bulan Mei ini merupakan bulan yang istimewa untuk Indonesia karena Indonesia sedang merayakan Hari Pendidikan Nasional. 

“Tahun ini juga menjadi tahun ketiga Indonesia mengimplementasikan Merdeka Belajar, inisiatif yang mendorong reformasi kebijakan pendidikan bagi berbagai pemangku kepentingan utama pendidikan, yakni guru dan murid,” jelas Nadiem seperti siaran pers yang dilansir Eduwara.com, Selasa (17/5/2022) dari laman resmi Kemendikbudristek.

Kepala BSKAP, Anindito Aditomo (kanan) dalam Pertemuan Tahunan ke-47 Asia-Pasific for Economic Coorperation Human Resources Development Working Group di Bangkok, Thailand (APEC HRDWG) Senin-Kamis (9-12/5/2022). (EDUWARA/Kemendikbudristek)

Memerdekakan Pembelajaran

Nadiem menambahkan, Merdeka Belajar bertujuan memerdekakan pembelajaran anak-anak Indonesia. Selama ini, sambung dia, pembelajaran terlalu berorientasi pada hafalan dan kurikulum, mulai tertinggal dari kemajuan abad 21. 

“Kita juga memerdekakan guru-guru dari beban administratif yang berlebihan, terbatasnya kesempatan pengembangan diri, dan dari kurikulum yang terlalu rinci, yang menghalangi kreatifitas dan talenta guru,” jelas Nadiem.

Salah satu inisiatif kebijakan Merdeka Belajar adalah Kurikulum Merdeka. Implementasi Kurikulum Merdeka juga didukung dengan hadirnya Platform Merdeka Mengajar yang dapat membantu guru memahami, mengembangkan diri, dan berbagi pengalaman Kurikulum Merdeka.

“Guru-guru kami sekarang memiliki otonomi lebih dalam mengatur pembelajaran di ruang kelas dalam mendukung capaian pembelajaran muridnya masing-masing. Gurulah yang paling memahami bagaimana murid-murid mereka. Selain itu, murid diberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berfokus pada kemampuan esensial untuk mencapai Profil Pelajar Pancasila dan sukses menjalani kehidupan di abad 21 ini,” ujar Nadiem.

Nadiem mengatakan, dirinya percaya bahwa pendidikan yang memerdekakan adalah cara untuk memulihkan pembelajaran dan juga reimagine pendidikan yang kuat dan membebaskan potensi sejati guru dan siswa. 

“Inilah cara untuk merebut kembali impian kita akan masa depan yang lebih baik dan lebih sejahtera. Kita bersama dapat mewujudkan pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan untuk semua anak-anak di kawasan dan juga seluruh dunia,” tutup Nadiem.

Sementara itu, Kepala BSKAP, Anindito Aditomo, menjelaskan area kunci reformasi pendidikan di Indonesia dan berbagi praktik baik dalam peningkatan kualitas pendidikan yang berkelanjutan. 

“Selain Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar, kami juga baru saja meluncurkan Rapor Pendidikan yang dapat membantu sekolah dan pemerintah daerah dalam melakukan perencanaan berbasis data untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah masing-masing,” papar Anindito.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan Thailand, Treenuch Thienthong ketika mengawali pembukaan forum menegaskan bahwa pendidikan yang inklusif dan berkualitas, pendidikan yang memerdekakan, serta membantu mengembangkan kemampuan esensial seperti kemampuan untuk belajar kritis dan inovatif, intra dan interpersonal, kewarganegaraan global, literasi media dan informasi menjadi kunci sukses dalam menjalani abad 21.

“Kami ingin membangun masyarakat APEC menjadi warga negara pintar (smart citizens), yang berperan sebagai kunci dan motor penggerak pembangunan APEC,” urai Treenuch. (K. Setia Widodo/*)

 

Read Next