Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA— Kementerian Agama menyiapkan peta jalan pendidikan Islam yang inklusif di semua jenjang lembaga maupun institusi.
Pencanangan pendidikan inklusif ini disebutkan dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional yang digelar di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (3/12/2021). Acara ini mengambil tema Diskusi Pendidikan Tanpa Diskriminasi Setara Untuk Semua.
Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Muhammad Ali Ramdhani mengatakan pihaknya bertekad menghadirkan pendidikan inklusif pada seluruh jenjang pendidikan.
"Pendidikan inklusif pada semua lembaga pendidikan Islam merupakan cara pandang, cara berpikir dan bersikap kita dalam pemenuhan hak serta kebutuhan anak didik berkebutuhan khusus," jelasnya.
Pada peta jalan yang telah disusun, Ramdhani mengatakan ada tiga ikhtiar yang akan diwujudkan dalam penerapan pendidikan inklusif pada semua lembaga atau institusi pendidikan Islam.
Pertama, yaitu mempertanyakan sejauh mana penyelenggaraan pendidikan Islam di Indonesia mampu menjangkau anak-anak berkebutuhan khusus.
Kedua, apakah ada lembaga pendidikan Islam yang menolak memberikan hak pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
"Ketiga adalah sejauh mana lembaga pendidikan Islam mampu memberikan pelayanan yang terbaik dalam hal pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus," ujarnya.
Dengan menghadirkan pendidikan yang tanpa diskriminasi, Ramdhani meyakini Kemenag telah memberikan warna dan penebalan pada paradigma pendidikan Islam yang tidak membeda-bedakan sesuai dengan ajarannya.
Sementara itu, sebagai pembicara kunci, istri Menteri Agama Eny Retno Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan bahwa menghadirkan pendidikan inklusif pada semua level pendidikan merupakan bentuk penghormatan, pengakuan akhlak, pengakuan kesetaraan dan bentuk anti diskriminasi.
"Tantangannya adalah apakah kebijakan yang diambil ini memenuhi kebutuhan akan regulasi yang cukup, budaya saling menguatkan dan mendapatkan dukungan dari semua pihak. Ini tanggung jawab kita bersama,' katanya.
Sebagai pemerhati pendidikan inklusif, Eny meminta Pendis Kemenag dalam menjalankan program ini harus memiliki daya kekuatan dan nilai tambah yang beda dibandingkan dengan pemenuhan pendidikan dasar yang semestinya.
"Ada nilai-nilai mewarnai konsep relasi dan implementasinya. Kebijakan ini harus searah dengan nilai-nilai agama yang selama ini mewarnai cara berpikir, bersikap dan sudut pandang yang sudah kita jalani," ungkap Eny.
Eny sepenuhnya berjanji akan mengawal proses penerapan pendidikan inklusif yang setara tanpa diskriminasi pada semua anak berkebutuhan khusus mulai dari level Raudhatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Pondok Pesantren, sampai Perguruan Tinggi Islam Negeri.
"Jangan sampai lembaga pendidikan Islam ada yang menolak anak berkebutuhan khusus. Ekosistem ini harus mengakui keberadaan dan harga diri mereka dengan warna Islam yang moderat. Layanan tanpa diskriminasi dan setara untuk semua," tegasnya.
Rektor UIN Sunan Kalijaga Al Makin mengatakan bahwa disabilitas bukan merupakan soal ilmu, ideologi ataupun akhlak, tapi merupakan kenyataan hidup.
"UIN bangga melaksanakan tugas Kemenag yaitu menjadi kampus pertama menghargai keragaman, kampus inklusif, kampus kesetaraan yang mampu secara mandiri dalam pemenuhan hak pendidikan bagi difabel," katanya.