logo

Kampus

Lewat 'Ayo Angon', UGM Ajak Anak Muda Berternak

Lewat 'Ayo Angon', UGM Ajak Anak Muda Berternak
Sejumlah pemuda yang terlibat dalam program 'Ayo Angon' terlihat mengelelola pakan ternak secara mandiri. Diinisiasi oleh Fakultas Peternakan UGM. 'Ayo Angon' mengajak pemuda mengeluti bisnis peternakan. (Eduwara/Humas UGM)
Redaksi, Kampus28 Oktober, 2021 15:07 WIB

Eduwara, JOGJA--Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) menginisiasi program pengembangan usaha peternakan kepada kalangan muda lewat program 'Ayo Angon'. 

Tertunda satu tahun karena pandemi, program ini percontohan digelar di Gunungkidul dan Klaten. 

Dosen Ilmu dan Industri Peternakan Muhsin Al Anas mengatakan program  yang digagas sejak 2020 lalu ini bertujuan untuk memperkenalkan bisnis peternakan ke kalangan muda. 

"Pandemi Covid-19 meningkatkan kemiskinan dan angka pengangguran di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS), Februari tahun ini tercatat ada 8,75 juta pengangguran terbuka diantara adalah usia produktif antara 20-24 sebesar 17,66 persen dan usia 25-29 mencapai 9,27 persen," kata Muhsin, dalam rilis yang dikirim ke eduwara.com, Kamis (28/10). 

Diambil dari bahasa Jawa, Ayo Angon yang berarti menggembala merupakan program pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan di bidang peternakan. Program didesain untuk menumbuhkan ketertarikan pemuda menjadi peternak. Harapannya ini menjadi solusi permasalahan jumlah peternak yang berkurang setiap tahun.

"Target utama Ayo Angon dalam mendampingi dan memberdayakan pemuda memiliki bisnis peternakan yang efisien dan menguntungkan. Transfer pengetahuan dan teknologi tentunya menjadi hal wajib untuk pengembangan bisnis," jelasnya. 

Pemuda diajak Muhsin melihat bahwa peternakan yang dijalankan secara bisnis memiliki peluang besar meningkatkan ekonomi. Ini untuk mengubah paradigma peternakan masih dijalankan secara tradisional dan kurang menguntungkan. 

"Peternakan itu menguntungkan, meskipun terlihat pekerjaan kasar dan berat. Keberadaan pemuda dibutuhkan menggerakan industri peternakan demi memperjuangkan kedaulatan pangan" tutur Muhsin.

Kemitraan

Meski dirintis 2020, namun pelaksanaan program ini baru dimulai tahun ini dengan percontohan di Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul dan Desa Bulan, Kecamatan Wonosari Klaten. 

Program ini mendapatkan pendanaan dari Fakultas Peternakan UGM, Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UGM, serta Australian Alumni Grant Scheme (AGS).

Melibatkan pemuda produktif berusia 20-35 tahun, program yang digalakkan di  Desa Ngalang difokuskan untuk pabrik pakan konsentrat dan penggemukan domba serta sapi. Sedangkan di Desa Bulan, untuk peternakan bebek dan pabrik pakan. 

"Kami juga sudah membentuk kelompok ternak untuk mengelola bisnis dan melakukan kemitraan dengan masyarakat. Merekalah yang mengelola pabrik dan usaha penggemukan. Sistemnya nanti, pasca penjualan ternak, peternak wajib mengembalikan biaya pakan konsentrat," jelasnya.

Selama pendampingan, peserta program ini mendapatkan materi pelatihan meliputi pengembangan lahan hijauan,  pembibitan ternak, pembuatan pakan serta suplemen, pengolahan limbah dan pembuatan pupuk kompos, dan manajemen budidaya peternakan.

Ketua kelompok ternak di Desa Ngalang Doni Fitrianta menceritakan lewat program ini kelompoknya mendapatkan progres yang baik dengan pembangunan kandang ternak domba dan sapi yang didukung pabrik pakan konsentrat. 

"Kami berharap usaha peternakan ini dapat berdampak terutama dalam mengurangi pengangguran dan peningkatan ekonomi di desa kami," ucapnya. 

Hal yang sama juga disampaikan oleh peserta di Desa Bulan, Yoga Ardian Prasetyo bahwa budidaya bebek yang dikelola saat ini tengah meningkatkan efisiensi dengan pembuatan pangan sendiri dan pengembangan infrastruktur kandang. (Setyono)

Editor: Adnyana

Read Next