logo

Kampus

Melihat Miniatur Kerukunan Beragama Indonesia di Universitas Sebelas Maret

Melihat Miniatur Kerukunan Beragama Indonesia di Universitas Sebelas Maret
Rekor Universitas Sebelas Maret Jamal Wiwoho dalam webinar “Pembangunan Rumah-rumah Ibadah di Perguruan Tinggi” Sarana Komunikasi Antar Agama dan Pendidikan Karakter Mahasiswa yang digelar Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI), Sabtu (5/3/2022) (Eduwara/Bhakti)
Bhakti Hariani, Kampus09 Maret, 2022 15:07 WIB

Eduwara.com, DEPOK – Memiliki enam rumah ibadah multi agama di dalam lingkungan kampus, menjadikan Universitas Sebelas Maret (UNS) di Surakarta, Jawa Tengah menjadikan UNS seperti miniatur Indonesia dimana kerukunan di segenap sivitas akademika terjalin dengan baik.

Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Jamal Wiwoho menuturkan, rumah ibadah pertama di universitas yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 11 Maret 1976 adalah Masjid Nurul Huda yang dibangun pada 22 Oktober 1982. 

Selanjutnya UNS memiliki Gereja Katolik dan Gereja Protestan yang diresmikan pada 13 Maret 1985. Kemudian UNS juga mempunyai sarana ibadah bagi umat Hindu yakni Pura Bhuana Agung Saraswati pada 29 Maret 1986. 

Selain itu juga ada Vihara Bodhisasana yang diresmikan pada tanggal 5 Mei 2001. Terakhir yang baru saja dimiliki adalah Kelenteng Sinar Kebajikan/ Ming De Mi yang diresmikan di masa pandemi Covid-19 yakni pada tanggal 12 Maret 2020.

“Ini perwujudan sila pertama dalam Pancasila yang lekat dengan keberagaman. Kemajemukan ini merupakan keunikan dan kebhinekaan ini adalah modal besar sebagai bangsa besar yang kaya budaya meski berbeda ras dan agama,” papar Jamal dalam webinar “Pembangunan Rumah-rumah Ibadah di Perguruan Tinggi” Sarana Komunikasi Antar Agama dan Pendidikan Karakter Mahasiswa yang digelar Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI), Sabtu (5/3/2022).

Keberagaman inilah, lanjut Jamal yang mendorong sikap toleransi antar umat beragama. Selain memiliki mahasiswa dari beragam budaya, suku, ras, dan agama, UNS juga memiliki mahasiswa yang berasal dari 30 negara di dunia yang menuntut ilmu di UNS.

“Kami menjunjung tinggi pluralisme yang komprehnsif terintegrasi yang diadakan melalui kegiatan budaya di kampus, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan kegiatan keagamaan di kompleks peribadatan,” ujar Jamal.

Kegiatan Rutin

Kegiatan rutin keagamaan sering digelar di masing-masing rumah ibadah. Masjid Nurul Huda memiliki kegiatan ibadah salat wajib, kajian pembacaan sholawat, menyelenggarakan sekolah Alquran, pembinaan agama Islam melalui kajian Keislaman. “Fungsi sosial juga dijalankan yakni dengan kegiatan bakti sosial, penyaluran zakat, ambulans gratis, penyantunan anak yatim,” tutur Jamal.

Kegiatan rutin Klenteng Sinar Kebajikan di Komplek UNS. (Eduwara/Bhakti)

Sementara itu, kegiatan rutin keagamaan di Gereja Kristen dan Gereja Protestan adalah pelatihan kepemimpinan, persekutuan, misa/ kebaktian, latihan paduan suara, diskusi/ rapat.

Untuk kegiatan rutin di Pura Bhuwana Agung Saraswati yakni persembahyangan bersama setiap hari Purnama dan Tilem (setiap 15 hari) yang dilaksanakan mulai pukul 18.00 WIB sampai selesai. Selain itu juga ada kegiatan peringatan Hari Raya yakni Nyepi, Galungan, Kuningan, Saraswati.

Adapun, kegiatan rutin di Vihara Bodhisasana yaitu pelatihan meditasi, pelepasan burung ke alam bebas, diskusi dan rapat rutin anggota Ikatan Mahasiswa Budhis, kajian dan pendalaman agama. 

Sebagai rumah ibadah terakhir yang diresmikan di UNS, Klenteng Sinar Kebajikan memiliki kegiatan sekolah minggu bersama Masyarakat Konghucu Indonesia, persembahyangan secara pribadi dengan ibadah Che Cap Go setiap tanggal 11 dan 15 berdasarkan penanggalan Imlek.

Dipaparkan Jamal, para pendiri UNS memiliki mimpi besar untuk menjadikan UNS sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang bersinergi dengan iman dan taqwa.

“UNS adalah kampus yang mempelopori pembangunan tempat ibadah di dalam satu kawasan di area kampus. Kami sepakat saling gotong royong dan saling menjaga kerukunan. Ini bisa ditularkan ke kampus di seluruh Indonesia lainnya,” pungkas Jamal. 

Kegiatan rutin Pura Bhuwana Agung Saraswati di komplek UNS. (Eduwara/Bhakti)

Kerukunan Nyata Tercipta

Perihal kerukunan antarumat beragama ini dikisahkan oleh Mahasiswi FKIP dari Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Amelia Sekar Irnilasari kepada Eduwara.com. Menurut Lia, sapaan akrabnya, kerukunan antarumat beragama di Universitas Sebelas Maret memang nyata adanya.

Lokasi tempat ibadah yang bersebelahan membuat toleransi terwujud nyata. “Jadi misalnya kalau di Klenteng sedang ada kegiatan doa maka yang latihan Koor di gereja ya berhenti dulu. Kemudian kalau ada kegiatan festival di tempat ibadahnya maka yang juga menikmati ya semua mahasiswanya, tidak hanya mahasiswa di agama itu saja,” tutur Lia, Rabu (9/3/2022).

Diungkapkan Lia saat itu pernah ada kegiatan festival tari di Pura maka semua mahasiswa diaak untuk menikmati acara tersebut di Pura. “Semua mahasiswa antusias menyimak festival tarinya,” ujar Lia. 

Read Next