logo

Sains

Pantau Pasien Tuberkulosis Resisten Obat, UGM Luncurkan TOMO

Pantau Pasien Tuberkulosis Resisten Obat, UGM Luncurkan TOMO
Tampilan aplikasi mobile bernama Tuberkulosis Monitoring (TOMO) di layar handphone. Teknologi untuk mempermudah komunikasi pengawasan dalam minum obat pasien tuberkulosis resisten obat (TB RO) ini dikembangkan oleh Pusat Kedokteran Tropis (PKT) Universitas Gadjah Mada (UGM). (EDUWARA/Dok. UGM)
Setyono, Sains23 Maret, 2023 21:59 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Indonesia oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dimasukkan dalam kategori salah satu negara dengan kondisi penyakit Tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia.

Lamanya pengobatan yang memakan waktu hingga enam bulan, menyebabkan banyak pasien yang menyerah dan mengalami TB resisten obat (TB RO). Dibutuhkan pengawas menelan obat untuk meningkatkan komitmen pasien TB, untuk meminum obat yang terdiri dari tiga sampai tujuh jenis setiap harinya.

Berdasarkan kondisi tersebut Pusat Kedokteran Tropis (PKT) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan teknologi untuk mempermudah komunikasi pengawasan dalam minum obat pasien TB berupa aplikasi mobile bernama Tuberkulosis Monitoring (TOMO).

"TOMO hadir untuk mendukung keberhasilan penanganan tuberkulosis resisten obat," ungkap Direktur Pusat Kedokteran Tropis UGM, Riris Andono Ahmad, Kamis (23/3/2023).

TOMO merupakan aplikasi seluler terpadu yang dikembangkan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pelayanan tuberkulosis resisten obat.

Aplikasi ini diharapkan mampu menjembatani kesinambungan layanan manajemen klinis TB. Selain itu, TOMO bisa menjadi medium untuk mempercepat penanganan efek samping yang dialami pasien TB RO.

Riris berharap kemudahan yang ditawarkan aplikasi ini bisa mengurangi kemungkinan pasien berhenti pengobatan sehingga menekan kemungkinan resistensi obat yang lebih luas.

"TOMO berpotensi besar membantu pasien TB RO dalam menyelesaikan pengobatan mereka karena didesain sesuai kebutuhan pasien dan PMO," jelasnya.

Dua Aplikasi TOMO

Terdapat dua aplikasi TOMO, yakni TOMO bagi pasien serta keluarga dan TOMO CM untuk tenaga kesehatan. Fitur pada kedua aplikasi tersebut memiliki perbedaan sesuai peran masing-masing. 

TOMO untuk pasien menitikberatkan fitur mengirimkan informasi telah meminum obat, fitur pengingat otomatis minum obat, fitur menyampaikan keluhan yang dialami, dan dilengkapi informasi edukatif untuk pasien.

Sementara TOMO CM mempermudah case manager dan pihak puskesmas untuk merespons keluhan pasien, mengatur jadwal kunjungan pasien, dan memvalidasi informasi minum obat pasien setiap hari. Ini mempermudah tenaga ahli klinis untuk mengobservasi keluhan pasien secara real time, melihat jadwal kontrol rutin pasien, serta memberikan rangkuman informasi minum obat dan keluhan pasien.

Aplikasi TOMO telah diimplementasikan di tiga rumah sakit, yaitu RSUD dr Moewardi, RSUP Surakarta, dan RS Paru Respira sejak 2021. Penggunaannya telah tersebar di 11 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dan DIY.

Di Jawa Tengah ada 53 pasien dan 23 puskesmas dari delapan kabupaten yang telah menjadi pengguna aktif TOMO.

Riris menjelaskan TOMO akan terus dikembangkan dan diperluas penggunaannya. Dalam waktu dekat, akan disusun Application Programming Interface bersama Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan.

"Pengembangan akan berfokus mengintegrasikan data RS rujukan TB dan puskesmas untuk mencapai perawatan kolaboratif pasien TB RO," tutupnya.

Read Next