Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menyampaikan pelaporan penggunaan International Standard Book Number (ISBN) sepanjang 2022 masih memiliki catatan merah yang harus dibenahi pada masa mendatang.
Hal ini disampaikan Kepala Pusat Bibliografi dan Pengolahan Bahan Perpustakaan Perpusnas Suharyanto saat menghadiri Sosialisasi Kebijakan Layanan ISBN yang diselenggarakan Lembaga Riset dan Inovasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Selasa (21/3/2023).
“Awal tahun 2022, bukti pelaporan penggunaan ISBN mendapatkan catatan merah yang harus disikapi penyelenggara layanan ISBN di Indonesia. Ketidakseimbangan antara jumlah ISBN yang dikeluarkan dengan buku yang benar-benar terbit menjadi masalah besar yang harus segera diambil solusinya," jelas Suharyanto, dalam rilis Rabu (22/3/2023).
Suharyanto mengakui pihaknya menyadari perubahan regulasi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perubahan regulasi perlu effort dari berbagai aspek, selain kemampuan dan kecakapan admin, juga perlu anggaran yang bisa men-support berlangsungnya layanan.
"Perubahan kebijakan yang kami tetapkan menuntut kami untuk mengembangkan fitur-fitur pada aplikasi ISBN, juga meningkatkan koordinasi dan kerja sama dengan semua pemangku kebijakan yang saling terkait," lanjutnya.
Terlebih sejak ditetapkannya Peraturan Perpustakaan Nasional Nomor 5 Tahun 2022 tentang Layanan ISBN. Dalam implementasinya, peraturan ini masih banyak menimbulkan pertanyaan dan kontroversi.
Hal ini disebabkan pemahaman dan persepsi yang belum sama antara admin Layanan ISBN dengan admin penerbit. Fenomena ini menjadi dasar bagi Perpusnas melakukan pembenahan dan penataan kembali layanan ISBN kepada para penerbit.
"Segala pertimbangan dan mengacu pada dasar hukum sebagai pijakan kami melakukan layanan," lanjut Suharyanto.
Sosialisasi layanan ISBN ini dinilai penting karena akan terus mengingatkan penerbit terkait penerbitan buku dan perpustakaan.
Sebaran Penerbit
Saat ini, peta sebaran penerbit di Indonesia menyebutkan ada sebanyak 10.159 penerbit di mana DKI Jakarta masih mendominasi, diikuti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta sebagai urutan kelima.
Suharyanto berharap melalui kegiatan ini dapat terbangun sinergi dan kolaborasi agar dapat melahirkan persepsi bersama untuk mewujudkan dunia perbukuan yang baik dan berkualitas, serta meningkatkan literasi di Indonesia.
Wakil Rektor Bidang Akademik UMY, Sukamta, mengatakan ISBN sangat penting karena menjadi satu-satunya identitas sebuah buku
"ISBN menjadi menjadi satu-satunya identifikasi sebuah buku, walaupun diterbitkan di negara masing-masing, tapi ini berlaku internasional dan diakui juga di negara-negara lainnya," paparnya.
Begitu juga yang diterbitkan oleh negara lainnya, itu juga diakui oleh Indonesia. Ada kesepakatan dan kesepahaman tentang penomoran 13 digit yang unik, yang menunjukkan identifikasi sebuah buku.