logo

EduBocil

Penerapan Kurikulum Merdeka Mampu Eksplorasi Potensi Unik Siswa

Penerapan Kurikulum Merdeka Mampu Eksplorasi Potensi Unik Siswa
Siswa kelas III A, B, C, dan D SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo mengenakan pakaian adat Nusantara saat Hari Kebangkitan Nasional sebagai implementasi Kurikulum Merdeka. (EDUWARA/Dok. SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo)
Redaksi, EduBocil23 Mei, 2022 22:30 WIB

Eduwara.com, SOLO – Penerapan Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 1 Ketelan Solo mampu mengeksplorasi potensi unik setiap individu siswa. Selain itu, para guru bisa memilih format, cara, materi esensial, dan pengalaman apa yang ingin diajarkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 

Hal tersebut disampaikan Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo saat Pelepasan Siswa-Siswi Kelas VI Tahun Pelajaran 2021/2022 di Hall Room Lorin Hotel, Colomadu, Karanganyar, Sabtu (21/5/2022). 

Menurut dia, Kurikulum Merdeka mendorong guru melakukan pembelajaran esensial.

"Kurikulum Merdeka solusi atasi learning loss. Kepala sekolah mendorong guru melakukan pembelajaran yang esensial sesuai dengan kebutuhan murid dan tidak hanya berorientasi pada ketuntasan buku teks," ujar Sri Sayekti dalam siaran pers yang diterima Eduwara.com, Senin (23/5/2022).

Sayekti menambahkan, Kurikulum Merdeka juga mampu mewujudkan profil Pelajar Pancasila. Adapun penerapan Kurikulum Merdeka, yang sudah dilakukan mulai tahun pelajaran 2021/2022, tidak hanya di kelas I dan IV, namun juga di kelas II, III, V, dan VI.

“Kurikulum Merdeka kami terapkan tidak hanya kelas I dan IV. Tetapi ruh kelas II, III, V, dan VI ikut menyertai ‘Kurikulum 2013’. Karena kami sebagai pelaksana sekolah penggerak angkatan 1 Kota Solo,” ujar dia.

Pada awal semester, guru kelas I dan IV melakukan asesmen diagnosis awal bagi siswa. Selanjutnya, pembelajaran dilakukan dengan proyek melalui dua tema setiap tahun. 

“Semester kemarin kami mengambil tema Kewirausahaan dengan judul Sejuta Inspirasi Kewirausahaan dan mendapat apresiasi Wakil Walikota Surakarta, Teguh Prakosa. Semester dua, kelas I mengambil tema batik, sedangkan kelas IV bertema kuliner makanan tradisional,” kata Sayekti.

Menurut dia, kepala sekolah juga tak kalah penting untuk aktif melakukan sesi berbagi dengan komunitas praktisi maupun sekolah lain. Hal tersebut perlu dalam upaya mengatasi learning loss sehingga kepala sekolah harus memastikan manajemen sekolah untuk melakukan program yang mendukung pembangunan karakter.

Lebih lanjut, strategi yang bisa dilakukan kepala sekolah yaitu melakukan refleksi terkait implementasi kurikulum bersama guru minimal satu kali setiap bulan. Kemudian membuat rencana tindak lanjut serta memantau progress ketercapaian.

“Kepala sekolah memfasilitasi program terkait peningkatan peningkatan iklim keamanan sekolah, misal anti bullying, kekerasan seksual, intoleransi, kesetaran gender, dan hukuman fisik. Sebagai contoh Hari Kebangkitan Nasional 2022, di mana sebanyak 135 siswa kelas III A,B,C, dan D mengenakan pakaian adat Nusantara sebagai ajang untuk mencintai negeri,” pungkasnya. (K. Setia Widodo/*)

Read Next