logo

Kampus

Pengajaran PAI di Sekolah Masih Tekstual dan Konvensional

Pengajaran PAI di Sekolah Masih Tekstual dan Konvensional
Doktor PAI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Moh Solikul Hadi, menilai metode pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) masih bersifat tekstualis, konvensional, dengan penekanan pada aspek kognitif yang tidak sesuai dengan era masyarakat 5.0. (EDUWARA/Dok. UIN Sunan Kalijaga)
Setyono, Kampus03 Juli, 2024 22:34 WIB

Eduwara.com, JOGJA - Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Moh Solikul Hadi, menilai metode pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) saat ini masih bersifat tekstualis, konvensional, dengan penekanan pada aspek kognitif. Metode ini tidak sesuai dengan era masyarakat 5.0.

Dalam disertasi berjudul ‘Pengembangan Model Pendidikan Agama Islam Era Masyarakat 5.0 di SMK Penerbangan Angkasa Ardhya Garini Adisutjipto Yogyakarta’, yang disampaikan saat Ujian Promosi Doktor, Selasa (2/7/2024), Solikul mengatakan guru tidak membiasakan PAI dalam kehidupan sehari-hari.

“Tak hanya bersifat tekstualis, konvensional, dengan penekanan pada aspek kognitif, cara penyampaian guru, dengan metode ceramah dan lebih mengutamakan materi, menandakan guru belum mengintegrasikan PAI dengan perkembangan teknologi,” terang Moh Solikul Hadi dalam rilis, Rabu (3/7/2024).

Dijelaskan Solikul, model PAI yang dikembangkan era masyarakat 5.0 adalah model indusif yang memuat lima langkah, yaitu mengidentifikasi masalah, orientasi pada subyek, membuka pikiran atau wawasan peserta didik (open mindset), pembiasaan, dan rolemodel.

Pertama, mengidentifikasi masalah. Menurut Solikul, hal ini memuat tentang cara guru mengidentifikasi permasalahan peserta didik terlebih dahulu. Kedua, orientasi pada subyek yang memuat tentang cara guru memusatkan pada kebutuhan peserta didik.

Ketiga, membuka pikiran atau wawasan peserta didik di mana guru membuka pikiran peserta didik dengan cara pendidikan yang menyadarkan dan rasional yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan keempat, terkait pembiasaan yang memuat cara guru untuk membiasakan PAI secara kontekstual di era teknologi.

“Terakhir, role model yaitu cara guru memberikan suri tauladan kepada peserta didik, baik di sekolah maupun di luar sekolah,” terangnya.

Dalam disertasi yang menggunakan metode Research and Development, Solikul menawarkan solusi model PAI era masyarakat 5.0 dengan lebih memfokuskan pada pembelajaran yang dibiasakan dan dibudidayakan, serta menjadikan peserta didik menjadi lebih kritis, kreatif, aplikatif, dan inovatif.

Solikul merupakan Doktor ke-15 yang berhasil dilahirkan dari Program Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Read Next