Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Sebagai usaha mempercepat hilirisasi produk-produk riset anak bangsa yang inovatif untuk kemajuan teknologi dalam negeri, khususnya bidang bioenergi, PT Pertamina melirik penelitian pemanfaatan mikroalga kelautan (marine microalgae) yang dilakukan dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Dalam siaran pers, Senin (27/12/2021), penjajakan kerja sama dilakukan oleh Pertamina dengan Fakultas Teknologi Industri (FTI) UAD. Di fakultas ini, dosen Program Studi Teknik Kimia, Suhendra telah melakukan penelitian pemanfaatan mikroalga kelautan (marine microalgae).
VP Research and Innovation Technology PT Pertamina Pusat, Andianto Hidayat mengatakan riset yang dilakukan Suhendra memiliki potensi besar untuk menjadi produk strategis masa depan bangsa.
"Mikroalga bisa dijadikan produk biokimia untuk produk bahan baku strategis bidang farmasi. Riset ini berpotensi mendapatkan bimbingan dan dukungan dari PT Pertamina," jelasnya.
Dalam kerjasama ini, Pertamina tertarik pada spesies mikroalga Aurantiochytrium sp. yang banyak ditemukan di wilayah hutan bakau. Mikroalga ini dapat menghasilkan lipid (lemak, red) yang tinggi.
Karena produktivitas lipidnya tinggi, bisa mencapai hingga 200 gram per liter dalam 4 hari panen, mikroalga ini berpotensi dijadikan sumber bahan baku biofuel masa depan. Tidak hanya itu, karena kandungan omega-3 dan squalene juga tinggi, maka mikroalga ini juga sangat berpotensi untuk dijadikan sumber bahan baku nutrisi, kosmetik, dan farmasi.
Suhendra mengatakan penelitian untuk mengkaji potensi mikroalga ini telah melakukan pengambilan dari beberapa hutan bakau Indonesia seperti Raja Ampat dan Sorong di Papua Barat, Kulonprogo di Yogyakarta, Lampung Timur, Bangka Belitung, Lombok dan Teluk Naga di Banten.
"Saya terinspirasi dari pengalaman kerja di Jerman sebagai seorang konsultan untuk beberapa perusahaan internasional. Pada 2016 saya mengerjakan proyek bernama Evonik, perusahaan Belanda, membangun pabrik produksi omega-3 berbahan baku mikroalga Aurantiochytrium," jelasnya.
Awalnya, produk dari Evonik dan DSM berbahan baku mikroalga ini digunakan untuk pakan ikan dan ternak. Selanjutnya, produk disempurnakan untuk produk nutrisi dan kosmetik yang kini banyak dijual di supermarket di Jerman.
"Saat ini, dengan mikroalga yang sama dapat pula dihasilkan squalene yang umumnya bersumber dari hati ikan hiu. Squalene adalah bahan baku penting untuk adjuvant vaksin Covid-19," ungkapnya.
Biontech/Pfizer dan Evonik bekerja sama menggunakan squalene dari mikroalga ini untuk adjuvant vaksin Covid-19. Banyak ahli dan pakar lingkungan bahkan mengatakan, dengan keberadaan mikroalga ini telah menyelamatkan perburuan sebanyak setengah miliar ikan hiu hanya untuk produksi vaksin Covid-19.