logo

Sekolah Kita

Perubahan Paradigma Guru, Inti Kurikulum 2022

Perubahan Paradigma Guru, Inti Kurikulum 2022
Sri Wahyaningsih (EDUWARA/Setyono)
Setyono, Sekolah Kita04 Desember, 2021 19:56 WIB

Eduwara.com, JOGJA — Esensi terpenting dari penerapan Kurikulum 2022 adalah perubahan paradigma guru dalam proses pembelajaran anak didik. Kurikulum sengaja diciptakan fleksibel agar guru bisa mendefinisikan dan mempraktikkan proses pembelajaran sesuai lingkungan.

Hal itu dikatakan praktisi pendidikan Sri Wahyaningsih dalam wawancara khusus dengan Eduwara.com, Sabtu (4/12/2021), di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Wahya, sapaan akrab Sri Wahyaningsih, adalah satu dari tiga penyusun Standar Nasional Pendidikan Kurikulum 2022 untuk Satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

"Sebetulnya ini adalah etika baik dari pemerintah yang mau menyederhanakan proses pembelajaran yang selama ini terkungkung oleh kurikulum yang kaku," jelas Wahya.

Penerapan kurikulum yang kaku dan ditunjang oleh mungkin kemampuan guru, berdampak pada pemenuhan kewajiban pengajar dalam hal administrasi. Bukan pekerjaan bagaimana mereka mendampingi proses belajar siswa.

Di lapangan para guru, termasuk kepala sekolah sebagai pimpinan satuan pendidikan, bukannya memimpin proses pembelajaran. Tapi nyata-nyata malah sebagai petugas administrasi. Mereka fokus pada sistem administrasi tidak memperhatikan esensi dunia pembelajaran.

Kehadiran Kurikulum 2022 yang tengah diujicobakan di 2.500 Sekolah Penggerak, menurutnya, adalah sebuah perombakan besar, terutama upaya untuk mengurangi beban administrasi.

"Selama ini semua tugas administrasi tidak ada timbal baliknya. Jadi tugas-tugas itu, selama itu, untuk apa sih? Bukannya seharusnya penilik, pengawas, hingga kepala dinas memberikan umpan balik. Namun ini tidak terjadi," terangnya.

Fasilitator

Di Kurikulum 2022 ini, Wahya mengatakan, perubahan paradigma guru menjadi fokusnya. Pasalnya, saat ini dengan pengetahuan yang terus berkembang, namun pembaharuan kurikulum guru tidak mengimbanginya.

"Era digital ini, anak-anak bisa mendapatkan pengetahuan dari mana saja. Unduh dari internet. Kalau pola pembelajaran memakai pola lama, bahwa sumber pembelajaran berpusat pada guru. Besok akan ketinggalan," tutur pendiri Sanggar Anak Alam (Salam) di Bantul ini.

Ke depan, guru dan pengajar perannya digeser. Mereka bakal berperan sebagai fasilitator anak didik dengan berbagai sumber belajar yang digunakan.

Wahya menerangkan di Kurikulum 2022, ada ruang di mana sekolah boleh membuat kurikulum berbasis sekolah. Jadi apa yang termuat di kurikulum adalah contoh. Sekolah dipersilahkan mengapresiasi menyusun program pembelajaran sendiri. Proses ini sangat tergantung kemampuan guru dan satuan pendidikan.

"Kurikulum yang baru ini hanya sebagai contoh dan prinsip umum dengan aturan minim, sehingga guru bisa mendefinisikan dan mempraktikkannya sendiri sesuai lingkungannya," ungkapnya.

Dari evaluasi pelaksanaan Kurikulum 2022 di Sekolah Penggerak, Wahya melihat masih diperlukan kerja keras dalam penerapannya secara bertahap. Namun dengan teknologi informasi yang ada, semua orang terlihat sudah bergerak.

"Inti sebenarnya, bagaimana guru mau belajar. Pengajar itu seharusnya terus belajar. Karena apa yang akan diberikan ketika kita tidak punya sesuatu," katanya.

Tantangan lainnya, bagaimana nanti Standar Pendidikan Nasional Berbasis Kurikulum 2022 ini memiliki keterbacaan tinggi sehingga bisa dipahami dan diaplikasikan. Jika dulu standar kurikulum dibikin terpisah-pisah, kurikulum ini akan dihadirkan dalam bentuk ringkas dan tidak terlalu tebal.

"Daya baca kita kurang banget. Belum tentu (buku) yang tebal-tebal itu dibaca. Kita merumuskan singkat padat dan mudah dipahami. Ini tidak mudah," tutupnya. 

Read Next