Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, KUPANG—Pemerintah berupaya untuk memacu kemampuan bisnis pegiat usaha kecil menengah dan mikro (UMKM) tenun di Kupang, Nusa Tenggara Timur melalui program Pendidikan Kecakapan Wirausaha atau PKW.
Program tersebut merupakan kerja sama dari Direktorat Jenderal Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) pada 17 Oktober 2021.
Program dilaksanakan selama total 200 jam di Gedung Dewan Kerajinan Nasional Daerah NTT dan diikuti oleh sekitar 1.000 peserta.
Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti mengatakan penyelenggaraan PKW 2021 merupakan kali kedua setelah pada 2020 PKW diarahkan untuk mendukung pengembangan ragam keterampilan di lima destinasi wisata, yaitu Borobudur, Mandalika, Labuhan Bajo, Danau Toba, dan Likupang.
“PKW tahun 2021 dikhususkan untuk Provinsi NTT dalam rangka mendukung pengembangan tenun NTT, “ jelasnya dalam siaran pers Kemendikbudristek, Minggu (17/10/2021).
Dia menambahkan, program PKW ini diperuntukkan bagi masyarakat usia 15–25 tahun yang karena sesuatu hal, mereka tidak bisa melanjutkan sekolah atau putus sekolah dan berasal dari keluarga yang tidak/kurang mampu.
Dalam program PKW, jenis keterampilan vokasi yang dikembangkan disesuaikan dengan potensi lokal, lembaga yang mengakses bekerja sama dengan UMKM setempat, serta adanya dukungan dari lembaga permodalan dan dukungan dari platform digital.
“Kurikulum juga disusun bersama oleh lembaga dengan pihak mitra kerjanya,” tutur Suharti.
Dalam arahannya, Ketua Umum Dekranas Wury Ma’ruf Amin juga turut menyampaikan apresiasi kepada Kemendikbudristek yang telah bersinergi dengan Dekranas dan Dekranasda NTT yang memberikan pembekalan pelatihan usaha tenun.
“Harapannya, akan tumbuh wirausaha baru yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan, salah satunya melalui kerajinan tenun yang merupakan salah satu komoditi unggulan NTT,” tuturnya.
Wury Ma’ruf Amin menjelaskan, tenun mampu menggerakkan perekonomian di NTT. Karenanya, adanya berbagai motif di setiap daerahnya harus menjadi potensi yang dimaksimalkan guna menunjang pariwisata NTT. Terlebih, kain tenun merupakan warisan yang tidak hanya harus dilestarikan, tapi harus dipromosikan.
“Para generasi muda juga harus didorong agar mencintai tenun Indonesia. Tenun tidak hanya menjadi fashion, tapi juga bisa diolah menjadi produk lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi,” ujar Wury.