logo

Art

Sains Antariksa Indonesia Ikuti Lokakarya Upaya Hidup di Mars

Sains Antariksa Indonesia Ikuti Lokakarya Upaya Hidup di Mars
Lokakarya bertajuk 'Are You Ready for the Mars Mission?' diselenggarakan Korea Foundation bersama ARCOLABS dan v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station (VMARS) secara daring, Sabtu-Selasa (3-6/12/2022). (EDUWARA/Dok. Korea Foundation)
Setyono, Art06 Desember, 2022 01:02 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Sebanyak 36 pemerhati dan pegiat sains antariksa dari 11 kota di Indonesia terlibat dalam lokakarya mencari solusi bertahan hidup di Planet Mars.

Bertajuk 'Are You Ready for the Mars Mission?', selama dua hari mereka akan berkolaborasi untuk membuat perlengkapan dari bahan-bahan di lingkungan sekitar. Namun sebelumnya, para peserta diwajibkan mengikuti kuliah umum berjudul 'Art & Universe' yang dipaparkan seniman kontemporer Ayoung Kim.

Acara ini diselenggarakan Korea Foundation bersama ARCOLABS dan v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station (VMARS). Berlangsung sejak 3 sampai 6 Desember 2022, selain menghadirkan Kim, Venzha Christ juga menjadi narasumber.

Melalui rilis pada Senin (5/12/2022) malam, Direktur ARCOLABS Jeong Ok Jeon mengatakan program yang berlangsung daring ini merupakan bagian dari seri kuliah mengenai seni kontemporer di Indonesia dan Korea. Acara didukung sepenuhnya oleh Korea Foundation Jakarta.

"Dua narasumber yang kami hadirkan merupakan praktisi artistik yang gagasannya bersinggungan dengan ruang hidup alternatif. Peserta diajak mengeksplorasi habitat hidup masa depan di Planet Mars. Jadi ini bukan lagi cerita yang ditonton di film fiksi ilmiah," kata Jeong.

Saat memberikan kuliah umum, Ayoung Kim mempresentasikan idenya tentang dunia alternatif yang ia bayangkan dan berdasarkan lingkungan sekitarnya.

Sebanyak 36 pemerhati dan pegiat sains antariksa dari 11 kota di Indonesia terlibat dalam lokakarya mencari solusi bertahan hidup di Planet Mars. Program yang berlangsung daring ini merupakan bagian dari seri kuliah mengenai seni kontemporer di Indonesia dan Korea. Acara didukung sepenuhnya oleh Korea Foundation Jakarta. (EDUWARA/Dok. Korea Foundation)

Simulasi Hidup di Mars

Sementara Venzha Christ, berbagi mengenai penelitian jangka panjangnya tentang Mars. Planet hunian potensial bagi manusia setelah bumi yang hingga kini masih menyimpan banyak potensi dan misteri

"Mengapa ini penting? Saat ini realita krisis iklim dan dunia pasca-pandemi telah mempercepat proses eksplorasi yang dilakukan umat manusia untuk bertahan hidup," katanya.

Pada dua hari terakhir, Venzha yang merupakan satu-satunya orang Indonesia yang mengikuti simulasi hidup di Mars oleh Mars Society akan membersamai peserta menggunakan benda-benda di sekitar mereka untuk membuat perlengkapan bertahan hidup di Mars.

 "Para peserta akan mewujudkan modul yang mereka rencanakan dalam ruang isolasi. Ini bertujuan mencari solusi kehidupan di Mars dalam berbagai perspektif sains antariksa. Karya mereka nantinya akan dipamerkan di Indonesia, UFO Festival tahun depan di Yogyakarta," jelas Venzha yang merupakan pendiri VMARS.

Lewat program ini, Venzha berharap dapat bertukar pikiran dengan para peserta untuk memajukan penelitian serta memperluas narasi melalui praktik artistik dan sains.

Direktur Korea Foundation Jakarta Choi Hyun Soo menyampaikan pihaknya akan terus terlibat dalam kolaborasi seni, budaya yang bermakna, serta membantu memajukan diskusi tentang kehidupan masa depan.

"Sejak hadir 2019 lalu, kami menantikan untuk bergabung dalam diskusi dan melihat hasil dari rangkaian kuliah dan lokakarya yang melibatkan seni, ruang, dan kemanusiaan ini," ungkapnya.

Read Next