Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Siswa-siswi SMP Eksperimental Mangunan yang ada di Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sukses menyelenggarakan Festival Literasi selama lima hari dari 31 Maret sampai 5 April 2023.
Berbagai kegiatan yang dibungkus dalam tema besar 'Merawat Bumi Melestarikan Hidup' merupakan puncak dari implementasi konsep pembelajaran Project Based Learning (PjBL) yang diterapkan di SMP Eksperimental Mangunan.
Dalam rilis ke Eduwara.com, Kamis (6/4/2023), Wakasek Humas August Windu Aji mengatakan konsep PjBL memang merupakan perwujudkan dari pendidikan berbasis eksperimentasi yang digagas atas warisan YB Mangunwijaya.
"Dengan basis eksperimentasi, setiap anak diberikan kebebasan mencoba dan mengalami berbagai proses kehidupan yang ada di sekitarnya, termasuk berbagai permasalahan yang muncul," kata Aji.
Dalam konsep ini, lanjut Aji, sumber belajar anak tidak terbatas pada buku dan guru saja, tetapi juga dari berbagai literasi yang ada di sekitarnya, mulai dari literasi pustaka, ekologi, dan sosial.
Dengan sumber belajar yang sedemikian luas, setiap anak ditantang untuk selalu melakukan eksplorasi pada awal proses pembelajarannya.
"Setelah melakukan eksplorasi dan menemukan permasalahan yang ada, anak-anak sampai pada tahap kreasi, yaitu menggagas solusi dari permasalahan yang ditemukan. Bentuknya bisa karya tulis, produk tertentu, karya seni dan bentuk lainnya yang bisa dipertanggungjawabkan," ungkap Aji.
Bakat dan Potensi Anak
Di sekolah yang pertama kali dibuka pada 2018 ini, penyelanggaraan Festival Literasi dibagi dalam tiga tahapan besar. Tahap pertama, dilaksanakan Jumat (31/3/2023) yang difokuskan pada penyediaan ruang ekspresi untuk sembilan Kelas Ekspresi (Ekstrakurikuler), yaitu Jurnalistik, Teater, Seni Lukis, Seni Tari, Ansemble Musik, Fotografi & Videografi, Paduan Suara, Karawitan dan Botanical Art.
Kemudian pada tahap kedua, Sabtu-Selasa (1-4/4/2023) adalah presentasi dari Komunitas Minat Bakat (KMB). Komunitas ini merupakan kumpulan dari beberapa anak yang memiliki minat yang sama pada satu bidang tertentu.
"Komunitas ini dibentuk untuk memberikan ruang bagi anak menyalurkan bakat dan potensinya tanpa harus dibebani oleh penilaian," jelas Aji.
Seluruh proses yang sudah dilalui akan bermuara pada pengembangan tujuh modal dasar yang sudah dimiliki setiap anak dalam diri mereka masing-masing, meski dengan kadar dan konsentrasi yang berbeda-beda.
Aji menyatakan tujuh modal dasar tersebut adalah Karakter, Orientasi diri, Bahasa, Logika Kuantitatif, Olahraga, dan Peranti. Modal-modal inilah yang jika mendapatkan perhatian dan dikelola secara optimal melalui proses pendampingan Cura Personalis, akan memberikan hasil yang optimal sesuai potensi masing-masing anak.