logo

Sains

Teliti Air Limbah Cucian Udang, UAD Sabet Emas AISEEF 2022

Teliti Air Limbah Cucian Udang, UAD Sabet Emas AISEEF 2022
Tiga mahasiswa lintas program studi UAD Yogyakarta, mewakili rekan-rekannya berpose bersama medali emas yang diraih di ajang AISEEF 2022. Tim yang terdiri empat mahasiswa ini mengubah air limbah cucian udang menjadi pupuk
Setyono, Sains17 Februari, 2022 18:58 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Memanfaatkan air limbah cucian udang menjadi pupuk dan penangkal jamur pada tanaman, empat mahasiswa lintas program studi (prodi) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menyabet medali emas dalam ajang ASEAN Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) 2022.

Keempat mahasiswa itu adalah Trisna Avi Listiyaningrum dari Program Studi Pendidikan Fisika, Panji Nur Fitri Yanto (Program Studi Bimbingan Konseling), Siti Nur Amalia (Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris), dan Dedek Ajeng Okta (Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris).

Karya ilmiahnya berjudul 'Combination Washing Waste, Anaerobic Bacteria, and Goat Manure (COSIWA): Innovation of Liquid Organik Fertilizer as an Effort to Support SDG's 2045 in Pacitan Regency' meraih emas dalam kategori Environmental Science.

Panji Nur Fitri Yanto mengatakan AISEEF 2022 adalah ajang kompetisi ilmiah tingkat internasional yang bergengsi. AISEEF 2022 diperuntukkan peneliti-peneliti muda yang masih berada di tingkat pelajar dan perguruan tinggi.

Ada enam kategori yang dilombakan pada AISEEF 2022 yaitu Cluster Mechanical and Shipping, Entrepreneur, Social Science, Industrial Application, Environmental Science, dan Innovation Science.

"Pada kategori Environmental Science kami fokus pada inovasi dan kreasi yang berhubungan dengan sains lingkungan, seperti pemanfaatan limbah, obat-obatan herbal, dan inovasi upaya-upaya perbaikan lingkungan lainnya," terangnya pada Kamis (17/2/2022).

Pemanfaatan limbah air cucian udang ini berawal dari keprihatinan dan studi literatur mengenai limbah yang banyak dibuang di laut serta sungai di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan seperti bau menyengat.

"Padahal limbah udang yang kaya akan kitin tetapi belum pernah dimanfaatkan sama sekali," lanjut Panji.

Dengan pengoptimalan zat kitin, limbah air cucian udang kemudian diubah menjadi pupuk penangkal tumbuhnya jamur dan hama pada tanaman. Pupuk Cosiwa yang mereka buat memiliki kandungan kitin 25 persen, yang dapat menangkal tumbuhnya hama dan jamur pada tanaman.

Walaupun persiapan mendadak, beruntung tim ini memiliki anggota kompak dan saling melengkapi kekurangan selama perlombaan berjalan. Tentunya hal ini memberikan kesan tersendiri, dari pembuatan tim, penelitian, pembuatan produk yang diawali observasi lapangan, menyusun artikel ilmiah, presentasi, hingga pameran foto booth yang mendapat pengunjung paling banyak.

Read Next