logo

Kampus

Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Produksi Gula, Implementasikan IoT dari Hulu sampai Hilir

Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Produksi Gula, Implementasikan IoT dari Hulu sampai Hilir
Dosen Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Bhakti Yudha Suprapto pada Zoom Meeting Teknologi Off Farm dan IoT dalam Mendukung Kemutakhiran Industri Gula PT Riset Perkebunan Nusantara dan Universitas Sriwijaya, Kamis (25/11/2021). ((EDUWARA/Fathul Muin))
Fathul Muin, Kampus26 November, 2021 03:29 WIB

Eduwara.com, MALANG – Dosen Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Bhakti Yudha Suprapto, mengatakan untuk mendukung upaya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi gula dalam upaya swasembada gula di Indonesia harus dilakukan revitalisasi khususnya pabrik gula.

"Perlu mengimplementasikan internet of things (IoT) pada semua bagian, mulai dari hulu sampai ke hilir, baik on farm maupun off farm, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gula dalam swasembada gula di Indonesia," kata  Bhakti Yudha Suprapto pada Zoom Meeting Teknologi Off Farm dan IoT dalam Mendukung Kemutakhiran Industri Gula PT Riset Perkebunan Nusantara dan Universitas Sriwijaya, Kamis (25/11/2021).

Keunggulan IoT yang begitu banyak, kata dia, dapat membantu dalam peningkatan produksi gula dan efisiensi dan efisiensi dari sisi pemanfaatan sumber daya.

Co Founder of Katadata, Lin Che Wei, menegaskan industri gula nasional menurun selama periode 2016-2020. Hal ini akibat penurunan lahan tebu yang akhirnya berpengaruh pada rendahnya kualitas dan rendemen tebu.

Faktor lain, mesin pabrik yang tua, menyebabkan produktivitas gula nasional hanya mencapai sekitar 5 ton/ha. Sebagai solusi perbaikan, pemanfaatan teknologi diperlukan untuk membangun industri gula yang berkelanjutan.

Kepala Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia, Edy Suprianto, menegaskan penambahan input teknologi dalam pengolahan tebu menjadi gula diarahkan untuk meminimalisasi kehilangan dan penghematan energi.

Output yang diharapkan berupa peningkatan produktivitas (rendemen) dan kualitas hasil, serta efisiensi dalam pengolahan.

Menurut dia, perbandingan pencapaian rendemen antara Indonesia dan Afrika Selatan menunjukkan bahwa tingkat kehilangan hasil yang tinggi di ampas.

Karena itulah, pengawalan proses pengolahan untuk mendapatkan produk yang diharapkan dapat dilakukan melalui aplikasi NIRS, dengan melibatkan pabrik-pabrik gula dari berbagai lokasi.

"Peningkatan nilai tambah pabrik gula dapat dilakukan melalui perluasan proses lanjut dalam pemanfaatan by product," katanya.

Read Next