logo

Kampus

UMM Luncurkan Tiga Buku Sang Guru Bangsa Prof Malik Fadjar

UMM Luncurkan Tiga Buku Sang Guru Bangsa Prof Malik Fadjar
Wakil Rektor I UMM Syamsul Arifin saat membuka peluncuran tiga buku tentang Prof Malik Fadjar secara hybrid, Kamis (25/11/2021). ((EDUWARA/Istimewa))
Fathul Muin, Kampus26 November, 2021 01:49 WIB

Eduwara.com, MALANG – Bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional, Kamis (25/11/2021), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) meluncurkan tiga buku tentang Sang Guru Bangsa Prof Malik Fadjar. Peluncuran buku juga disertai dengan refleksi mengenang mantan Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMM sekaligus Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy yang mengenal Malik sejak kelas 3 SMP, mengisahkan bahwa kala itu, Malik Fadjar sempat ingin pergi ke Jakarta namun diyakinkan untuk berkiprah di UMM. 

"Bersama salah satu teman, kami berhasil meyakinkan Pak Malik bahwa dia bisa menjadi orang hebat meski berada di Malang, tepatnya berjuang membangun UMM," tuturnya.

Sayangnya, Malik Fadjar waktu itu belum memiliki kartu anggota Muhammadiyah sehingga tidak bisa mencalonkan diri menjadi Rektor UMM. Muhadjir mengatakan ia sampai bersusah payah ke Yogyakarta untuk mengurusnya.

"Berbagai pengalaman yang telah dilalui Pak Malik menjadi pengingat bagi kita untuk terus meneladani kehumanisan dan pandangan-pandangannya yang luar biasa," ucapnya.

Wakil Rektor I UMM Syamsul Arifin mengatakan pada peluncuran buku, para peserta diajak untuk memahami pemikiran Malik Fajar. Kehadiran berbagai narasumber diharapkan dapat membantu para peserta dalam memahami Malik Fadjar dalam beragam perspektif.

Mantan Rektor UIN Malang Prof Imam Suprayogo mengatakan peluncuran tiga buku  adalah hal  penting. Apalagi jika para peserta dan tamu ingin menjadi manusia yang sukses. Malik Fadjar adalah sosok yang tepat karena sukses dalam aspek keluarga, perjuangan politik, dan juga dunia pendidikan

Malik Fadjar sangat menghargai dan menghormati istrinya. Dia selalu berdiskusi terkait keputusan-keputusan yang dibuatnya, bahkan masalah-masalah pelik yang sedang dihadapinya.

"Kehidupan Pak Malik yang lapang dan lancar tentu salah satunya ditopang oleh doa-doa, puasa dan juga tahajud dari Bu Malik. Tidak seperti istri Abu Lahab yang malah mengompori, ketika Pak Malik pulang dengan kepenatan, Bu Malik hadir untuk mendinginkan," tuturnya.

Dia juga mengenang bagaimana Malik Fadjar tidak suka sama sekali dengan budaya 'titip-menitip'. Mereka yang dititipkan adalah mereka yang bermasalah. Jika orang yang bermasalah dimasukkan ke universitas, maka tinggal menunggu waktu saja menjadi perguruan tinggi yang bermasalah.

"Dulu, Pak Malik berpesan bahwa dosen itu memberikan cahaya, selalu terang di berbagai aspek seperti agama, ilmu dan lainnya. Jika seorang dosen gelap, maka akan melahirkan kegelapan. Sebaliknya, jika terang, akan menghasilkan cahaya terang," tegasnya.

Kebijakan

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Siti Zuhro, mengungkapkan Malik Fadjar sudah menjadi seseorang yang penting dalam dunia pendidikan. Semua sepak terjang Malik Fadjar ketika menjadi rektor hingga menteri senantiasa memberikan teladan.

"Nanti mungkin bisa kita ajukan menjadi pahlawan yang concern dalam bidang pendidikan," tuturnya.

Dia teringat tatkala Malik Fadjar menghubunginya, mengajukan permintaan buku untuk rumah baca yang didirikannya. Saat ini, rumah baca itulah yang menjadi inspirasi Siti untuk menggalakkan Desa Cerdas di berbagai wilayah.

Guru Besar Universitas Negeri Surabaya, Prof Setya Yuwana, menjelaskan terkait kebijakan-kebijakan yang luar biasa ketika Malik Fadjar menjadi menteri. Ada tiga hal utama yang Malik inisiasi yakni otonomi pendidikan, kurikulum berbasis kompetensi dan human investment.

"Kebijakan otonomi pendidikan misalnya yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengembangkan. Pak Malik Fadjar sudah meletakkan dasar-dasar kuat bagi pendidikan di Indonesia," ungkapnya.

Sedangkan Guru Besar Filsafat STF Driyarkara, Prof Franz Magnis Suseno, menegaskan dirinya bertemu Malik Fadjar sejak 30 tahun lalu. Dia melihat Malik Fadjar sebagai sosok intelektual yang menyenangkan dengan senyuman. Malik Fadjar juga senantiasa mementingkan multikulturalisme dan menghadapi perbedaan dengan bijak.

"Terimakasih Malik Fadjar atas persahabatan yang telah kita rajut dan sudah mampir di kehidupan saya," katanya.

 

Read Next