Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Universitas Islam Indonesia (UII) kembali mendapatkan tambahan dosen yang meraih gelar profesor. Pengukuhan dilakukan dengan pembacaan pidato ilmiah pada Jumat (19/5/2023).
Dua dosen yang dikukuhkan sebagai profesor adalah dosen Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Sugini yang meraih gelar Profesor Bidang Ilmu Studio Perancangan Arsitek.
Dosen lainnya adalah Widodo Brontowiyono yang merupakan kolega Sugini di FTSP dan mengajar di Prodi Teknik Lingkungan. Widodo dikukuhkan sebagai Profesor Bidang Teknik Lingkungan.
Rektor Fathul Wahid mengatakan pengukuhan dua dosen ini menjadikan UII memiliki total 28 dosen yang memiliki gelar Profesor yang lahir dari rahim Kampus UII.
"Sedangkan Sugini adalah profesor perempuan ke-4 di UII dan profesor perempuan pertama di FTSP," kata Fathul Wahid, Jumat (19/5/2023).
Keberadaan 28 profesor ini menjadikan proporsi dosen yang menjadi profesor adalah 3,5 persen dari 790 dosen.
Sugini merupakan segelintir perempuan yang mampu menekuni bidang arsitektur. Ia pernah menemukan rangkaian alat penyerap suara yang telah dipatenkan.
Melalui pidato ilmiahnya yang dibacakan Ketua Jurusan Arsitektur Noor Cholis Idham, Sugini yang berhalangan hadir karena sakit menyampaikan pandangannya berjudul 'Pendekatan Desain Berbasis Kinerja dan Strategi Hibrida Dalam Pencapaian Kinerja Bangunan untuk Dekarbornisasi di Indonesia'.
Konsumsi Energi
Dalam pidato ilmiahnya, Sugini yang merupakan pemegang hak paten rangkaian panel getar untuk isolasi udara, mengatakan konstruksi bangunan mampu memberikan efek pada dekarbonisasi. Di mana hal ini tergantung seberapa besar bangunan menghabiskan sumber daya.
"Bangunan akan memakan sumber daya pada paling tidak empat tahap. Tahap tersebut adalah konstruksi, operasional, pengubahsuaian (retrofitting) dan tahap demolisi," katanya.
Berdasarkan satu penelitian, walaupun di negara berbeda, pengubahsuaian parsial ternyata dapat menurunkan konsumsi energi sebesar 18,02 persen.
"Dalam konteks Indonesia, dengan iklim tropis hangat lembab, pada strategi level satu yaitu perancangan dasar desain, maka desain diarahkan untuk menghindari dan menolak panas serta mempercepat kehilangan panas bangunan," jelasnya.
Sementara Widodo Brontowiyono dalam pidato ilmiah berjudul 'Ekospiritualisme, Ekomultikulturalisme dan Pencapaian SDGs di Indonesia', berfokus pada persoalan lingkungan tidak bisa hanya mengandalkan IPTEK.
Namun diperlukan sentuhan fundamental guna menyadarkan dan menuntut manusia mengembangkan lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif sekaligus berkontribusi positif.
"Pendekatan eko spiritualisme dan eko multikulturalisme layak diperhatikan penerapannya," katanya.
Dalam studinya, Widodo menegaskan bahwa Islam dan semua agama memiliki konsep aplikatif dalam melestarikan lingkungan dan menjalankan pembangunan. Semua budaya di nusantara juga memiliki nilai-nilai yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan.